SUKABUMIUPDTE.com - Kreasi aneka patung kecil atau miniature figure menghasilkan beragam foto menarik. Figur kecil yang biasa disebut 'tuyul' oleh para penggemarnya itu tingginya sekitar 2 sentimeter atau berskala 1:87. Penggemar fotografi jalanan atau makanan bisa memadukannya untuk menghasilkan karya yang unik dan menarik secara visual.
Komunitas Bandung Figur Leutik (kecil) atau Bandung Figleu, memamerkan karya-karya seperti itu di atrium Braga Citiwalk selama dua hari, Sabtu dan Minggu, 31 Maret-1 April 2018.
Di bawah foto karya, terpasang figur-figur 'tuyul' dengan pose serupa. "Itu untuk membuktikan fotonya asli dengan memakai model miniature figure, bukan hasil rekayasa foto," kata anggota komunitas Bandung Figleu, Susilo B. Utomo di sela acara.
Pemasangan model miniature figure itu juga menjadi daya tarik pengunjung. Puluhan orang bergantian mengarahkan kameranya, mayoritas dari telepon seluler. Sebagian pengunjung pun ikut mendaftar lomba foto mini figur itu dengan ide dan konsepnya sendiri.
Panitia memberikan pinjaman gratis beragam mini figur untuk dipakai berkreasi di sekitar arena acara. Menurut ketua panitia, Dian Suminar, acara tersebut perayaan setahun berdirinya komunitas Bandung Figleu "Kami juga ingin mengenalkan hobi mini figur ini ke masyarakat luas," ujarnya di lokasi acara.
Selain memajang karya anggota komunitas di Bandung, beberapa berasal dari penggemar fotografi miniature figure dari sejumlah kota seperti Pekanbaru, Yogyakarta, dan Surabaya. Ide dan tampilannya menarik, sebagian terinspirasi dari karya-karya seniman miniature figure asal Jepang, Tatsuya Tanaka dan Slinkachu dari Inggris yang menggelutinya sejak 2006.
Menurut penggemar dari Surabaya, Joko Sukirno alias Cak Sukir, hobi fotografi miniature figure ini mulai marak di Indonesia sejak 2015. Setelah masuk acara televisi, semakin ramai pada 2017, hingga bermunculan komunitas hobi itu di beberapa kota. "Ini masuk aliran fotografi still life, figurnya tergolong boneka tapi bukan toys (mainan)," ujarnya.
Menurut Sukir, karya yang bagus sangat ditentukan ide kreasi dan pengaturan figur, serta pesannya sampai ke khalayak. Teknis pemotretan kata dia bisa dimulai dengan standar dasar fotografi. Kamera pun bisa memakai dari telepon seluler. "Semuanya untuk membawa imajinasi orang masuk ke gambar," katanya.
Sebuah pakem di antaranya, aneka figur dengan beragam gestur harus disandingkan dengan benda keseharian seperti bola tenis, telur ayam, peruncing pensil, atau obat nyamuk, sikat gigi, hingga jepitan jemuran. Benda itu berfungsi utama sebagai pembanding figur 'tuyul' dalam foto tersebut.
Sumber: Tempo