SUKABUMIUPDATE.com - Ilmuwan dari National Museum of Natural History Smithsonian dan Smithsonian Tropical Research Institute berhasil mengungkap kehidupan di Rariphotic, sebuah wilayah misterius di samudera. Wilayah ini belum tersentuh manusia sama sekali alias masih "perawan".
Rariphotic berada di kedalaman 130-309 meter di bawah permukaan laut di kawasan terumbu karang Curacao, Pulau Karibia Belanda. Kawasan ini sebetulnya berseberangan dengan dataran Amerika Latin, tapi disipahkan dengan palung dalam.
C.C. Baldwin, penulis utama studi yang juga pakar zoologi vertebrata, dan tim turun ke zona tersebut menggunakan kapal selam. Setelah di bawah, mereka dibuat takjub oleh pemandangan sekitar. "Ini kehidupan baru. Banyak spesies yang sepenuhnya baru di sini," kata dia, seperti dilansir laman Science Daily. Studi mereka terbit dalam jurnal Scientific Reports edisi 20 Maret 2018 dengan judul "Below the Mesophotic".
Untuk perikanan, dia dan tim mengamati sekitar 4.500 ikan di area tersebut. Mereka pun menemukan 30 spesies baru ikan dan sejumlah spesies invertebrata (satwa tak bertulang belakang). Tim menggunakan kapal selam dengan teknologi lengan yang bisa membuat para satwa dipelajari tanpa metode invasif.
Selain itu, mereka menemukan hal menarik lain, yakni ikan-ikan yang juga berada di zona Mesophotic (40-130 meter). Apa artinya? Baldwin dan tim berpendapat, bahwa kawasan ini adalah tempat berlindung ikan karang saat air di permukaan memanas.
Dengan ditemukannya zona Rariphotic ini, tim merevisi kategori wilayah terumbu karang. Mulanya, hanya ada dua zona, yakni Altiphotic (0-40 meter) yang merupakan zona dengan tingkat pemaparan cahaya matahari tinggi dan Mesophotic (40-130 meter) dengan paparan matahari sedang. Setelah itu ada zona gelap, namanya Apothic (di bawah 300 meter) tanpa ada cahaya matahari sama sekali.
"Studi kami sebetulnya berangkat dari dugaan adanya zona transisi antara Mesophotic dan zona gelap," kata D.D. Robertson, anggota tim, seperti dilansir laman Inverse. "Kami berhasil menemukan mata rantai yang hilang."
Sumber: Tempo