SUKABUMIUPDATE.com - Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN) melakukan pengamatan terkait satelit ruang angkasa Cina, Tiangong-1 yang diprediksi akan jatuh ke bumi.
Menurut laporan laman resmi LAPAN pada 12 Maret 2018, otoritas antariksa Cina telah menyampaikan bahwa Tiangong-1 telah mengalami kerusakan dan tidak dapat dikontrol sejak 16 Maret 2016.
Tiangong-1 merupakan satelit pertama milik Cina, dalam masa operasionalnya telah memberikan kontribusi penelitian antariksa bagi Cina mulai dari pertama kali diluncurkan tahun 2011 dari Juquan Satellite Launch Center.
Dalam laporan tersebut disebutkan Tiangong-1 memiliki inklinasi orbit 43 derajat sehingga seluruh daerah di bumi mulai dari 43 derajat lintang utara hingga 43 derajat lintang selatan memiliki peluang untuk kejatuhan satelit ini.
Jika dilihat dari ukuran dan massa, diperkirakan ada bagian dari Tiangong-1 yang akan terbakar saat memasuki lapisan atmosfer. Satelit telah mengalami re-entry jika telah melewati ketinggian di bawah 120 kilometer.
Bagian tersebut kemungkinan besar adalah tangki bahan bakar, sehingga sangat berbahaya jika disentuh langsung, karena masih mengandung Hidrazine atau bahan beracun bersifat korosif.
Mengantisipasi peristiwa tersebut, akan sangat penting untuk dilakukan monitoring, mengingat ukurannya yang sangat besar.
"Ada potensi satelit itu jatuh di wilayah Indonesia. Saat ini belum bisa diperkirakan titik jatuhnya, tapi tetap harus waspada karena semua sampah antariksa pasti melewati ekuator," ujar Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin pekan lalu.
Berdasarkan data elemen orbit per tanggal 9 Maret 2018, Tiangong-1 diperkirakan mengalami re-entry sekitar tanggal 10 April 2018 kurang lebih selama 1 bulan. Namun prediksi tersebut masih akan berubah berdasarkan aktivitas matahari dan geomagnet.
LAPAN akan terus melaporkan proses re-entry Tiangong-1 melalui situs resmi Pemantauan Realtime Benda Jatuh Antariksa Buatan milik LAPAN di laman http://orbit.sains.lapan.go.id serta melalui Twitter @OrbsatLAPAN.
Sumber: Tempo