SUKABUMIUPDATE.com - Departemen Pertahanan Amerika Serikat berencana menggunakan kecerdasan buatan milik Google untuk mencegah pecahnya perang nuklir. Teknologi artificial intelligence tersebut bernama TensorFlow yang sedang digunakan dalam program DoD Project Maven. Inisiatif tersebut dibuat sejak bulan Juli 2017, yang akan membantu menganalisis rekaman dari pesawat nirawak.
Hasil rekaman tersebut bisa diperiksa oleh AI dan mengidentifikasi benda-benda asing. Tahun lalu, kepala Tim Fungsi Algoritma Warfare Cross-Function Departemen Pertahanan, Drew Cukor, memberikan isyarat mengenai masa depan AI.
"Kami sedang meningkatkan kemampuan senjata untuk mendeteksi benda-benda asing," kata Cukor, seperti dilansir laman Express.co.uk, 8 Maret 2018. Salah satunya, kata dia, mampu mendeteksi senjata nuklir dari jauh jika terjadi peluncuran.
Menurut Cukor, orang dan komputer akan bekerja berdampingan untuk meningkatkan kemampuan sistem tersebut. Akhirnya, kata Cukor, sistem ini diharapkan bisa melakukan pekerjaan dua kali lebih banyak.
Juru bicara Google menyatakan bahwa pengenalan objek merupakan bagian dari proyek Google. Proyek spesifiknya merupakan penyedia API TensorFlow oper source yang dapat membantu pengenalan objek data asing yang berpotensi mengancam. "Teknologi menandai gambar untuk ulasan manusia dan digunakan tidak untuk serangan yang bersifat agresif (non-ofensif)," tulis Google dalam laman blog perusahaannya.
Proyek tersebut merupakan bagian dari Departemen Pertahanan Amerika mengenai AI dan pengolahan data dengan besaran anggaran US$ 7,4 miliar setara dengan Rp 105,82 triliun. Secara teoritis, hal itu bisa mencegah pecahnya Perang Dunia ke-3.
Sumber: Tempo