SUKABUMIUPDATE.com - BJ Habibie merupakan pria jenius di bidang teknologi pesawat yang meningkatkan standar keamanan pesawat. Selain itu, Habibie juga kerap mengeluarkan kutipan terkait ilmu pengetahuan. Saat ini, Habibie dikabarkan mengalami klep jantung yang bocor dan sedang dirawat di Klinik Stanberh, Munchen, Jerman sejak 27 Februari 2018.
Habibie ternyata pernah mengeluarkan pernyataan soal teori bumi datar, alien, dan filsafat. Berikut isinya:
1. Teori Bumi Datar
Dalam sebuah wawancara dengan Najwa Shihab di akun channel YouTube Najwa, presiden ke-3 Indonesia menyatakan bahwa teori bumi datar itu salah. Najwa membacakan pertanyaan yang mengutp dari akun Instagram @Rezhara.
"Assalamualaikum eyang, mau nanya. Eyang percaya sama teori bumi datar, enggak?" ujar Najwa membacakan pertanyan. Mendengar itu, Habibie tergelak, "Apa maksudnya?"
"Bumi datar, Eyang. Flath earth," ucap Najwa memperjelas. "Tidak, kita kan tahu persis bumi itu bulat," balas Habibie. Video tersebut diunggah pada 22 Desember 2017 dengan judul "Eyang Habibie Menjawab Soal Pesawat, Bumi Datar, dan Alien".
2. Alien
Masih dalam video yang sama, selain membahas mengenai teori bumi datar, Najwa juga menanyakan soal alien kepada Habibie. "Saya ingin bertanya, apakah eyang percaya kehidupan diluar bumi selain manusia (alien)? Terima kasih. Salam cinta dan hormat untuk eyang Habibie dan Mbak Najwa," ujar Najwa membacakan pertanyaan dari akun @Pransienda.
"Eyang percaya sama alien?" Najwa mengulang pertanyaan. Pria berusia 81 tahun itu menyambut pertanyaan dengan lugas, "Sampai sekarang tidak ada bukti dari sudut ilmu pengetahuan, bahwa planet di sekitar kita ada kehidupan. Kondisi juga tidak memungkinkan. Entah it suhu terlalu tinggi, tidak ada cairan, atau terlalu dingin. Paling menguntungkan itu di Bumi."
Menurut Habibie, bumi itu nyaman. Planet ini terlindungi medan magnet yang bisa menolak radiasi kosmos dan sinar ultraviolet yang membahayakan manusia.
3. Sains Modal Negara untuk Maju
Dalam gelaran dialog kebangsaan menyambut hari ulang tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang dilaksanakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2017, Habibie menyampaikan bahwa Ilmu pengetahuan adalah modal penting untuk membuat suatu bangsa dan negara menjadi maju.
"Dengan ilmu, kualitas sumberdaya manusia jadi terbarukan, lebih inovatif dan produktif," dalam pidatonya di Kantor LIPI, Jakarta. Menurut dia, manfaat lain yag dapat dirasakan dari penguatan sumber daya manusia ini adalah adanya kemampuan bangsa untuk bersaing di ranah internasional.
Habibie juga sempat membahas mengenai Indonesia yang akan mendapatkan hal baik terkait demografi pada tahun 2020 yaitu jumlah usia angkata kerja usia 15-64 tahun yang diperkirakan mencapai 70 persen. Hal tersebut adalah usia penduduk yang produktif, kata Habibie, ini menjadi bonus dan memberikan keuntungan bagi negara.
4. Ilmuwan Harus Merdeka dan Bebas Berpikir
Menurut Habibie, para ilmuwan harus merdeka dan bebas berpikir, serta memiliki kepedulian yang tinggi terhadap negara. Kalimat tersebut diucapkan saat perayaan ulang tahun ke-25 Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) di kediamannya pada tahun 2015.
"Tidak mudah, penuh kendala," kata Presiden Indonesia ketiga itu dalam pidatonya. Rencana pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia, Habibie bercerita, sudah dirancang sejak awal kemerdekaan. Namun, rencana tersebut tertunda hingga empat dekade lamanya.
Perencanaan tersebut selalu dterbitkan secara rutin dalan Organization for Research in Indonesia News sejak Mei 1950 dan terbitan berkala ini lahir atas prakarsa founding father saat itu.
5. Filsafat dan Teknologi Tak Bisa Dipisahkan
Dalam pidato Habibie saat dianugerahi gelar Doktor Honoris Causa dari Universitas Indonesia tahun 2010, dia menyampaikan soal filsafat dan teknologi. "Teknologi buka hasil dari sumber daya alat, tapi merupakan hasil pemikiran, karya dan ciptaan dari sumber daya manusia, sama halnya dengan filsafat," Kata Habibie.
Menurut dia, filsafat dan teknologi bisa bersinergi baik secara positif maupun negatif. Hal tersebut dapat mempengaruhi kualitas moral, etika, budaya dan peradaban manusia. Namun, kaitan filsafat dan teknologi tidak dapat dipisahkan dan menentukan kehidupan manusia.
"Dapatkan manusia tetap menguasai teknologi? Dan apakah mungkin nanti teknologi menguasai dan mengendalikan manusia?" ujar dia.
Sumber: Tempo