SUKABUMIUPDATE.com - Menurut Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, gerhana bulan 2018 merupakan bukti teori bumi datar salah. Dia menyatakan hal tersebut melalui akun Twitternya, @t_djamal, Senin, 29 Januari 2018.
"Ayo buktikan bumi itu benar-benar bulat dengan melihat gerhana bulan. Gerhana bulan adalah bantahan telak untuk..." tulis Thomas. Bayangan gelap pada proses gerhana berbentuk melengkung, kata dia, mengindikasikan bulatnya Bumi.
Menurut guru besar riset astronomi itu, gerhana bulan total 31 Januari 2018 sangat istimewa. "Boleh disebut Super-Blue-Blood-Moon....".
Dalam cuitannya itu, Thomas juga memberikan tautan ke blog pribadinya. Artikel pada tautan tersebut berisi penjelasan proses gerhana. Berikut isi selengkapnya penjelasan Thomas:
"Gerhana bulan, seperti yang terjadi pada 31 Januari 2018, membuktikan bahwa bumi bulat. Bayangan gelap yang jatuh pada purnama, adalah bayangan bumi. Bayangan gelap pada proses gerhana berbentuk melengkung yang mengindikasikan bulatnya bumi.
Skematik astronomis menjelaskan kejadian gerhana bulan terjadi akibat bulan memasuki bayangan bumi. Bayangan bumi terjadi karena cahaya matahari terhalang oleh bumi.
Kejadian gerhana juga bisa diprakirakan dengan baik waktu dan prosesnya. Hal itu didasarkan pada model saintifik sistem bumi-bulan-matahari. Bulan mengitari bumi. Bumi bersama bulan mengitari matahari.
Cahaya purnama disebabkan oleh pantulan cahaya matahari. Namun pada saat tertentu, bulan memasuki bayangan bumi ketika matahari-bumi-bulan dalam posisi segaris. Saat itulah terjadinya gerhana yang bisa kita amati.
Para penggemar dongeng bumi datar (FE: Flat Earth) tidak bisa menjelaskan fenomena gerhana bulan secara logis. Waktu kejadian gerhana dan prosesnya tidak bisa mereka jelaskan, karena dongeng bumi datar tidak menggunakan sains, walau mereka mengklaim melakukan kegiatan yang mereka sebut "penelitian". Kejadian gerhana bulan adalah pukulan telak yang membantah dongeng bumi datar."
Sumber: Tempo