SUKABUMIUPDATE.com - Kesuksesan film Dilan 1990 disambut gembira produser dari rumah produksi Max Pictures, Ody Mulya Hidayat. Pasalnya, sejumlah tantangan harus pihaknya hadapi, antara lain menyajikan film dengan latar Bandung era 1990-an. Menurut dia, itu bukan perkara mudah.
Ody menuturkan timnya mesti bekerja keras meminta izin kepada kepolisian guna mengosongkan jalan karena situasi Bandung saat itu tidak ramai oleh kendaraan seperti sekarang.
Ody juga sempat bersilang pendapat dengan Pidi Baiq, penulis novel Dilan 1990. Penyebabnya, ketika hendak memunculkan suasana warteg dalam satu adegan, Pidi berkeinginan senatural mungkin. Namun Ody meyakinkan personel grup band The Panas Dalam itu bahwa hal tersebut tidak bisa direalisasi karena secara visual kurang menarik.
Tidak hanya soal tempat, Ody juga diprotes Pidi karena menampilkan adegan anggota geng motor membawa senjata tajam. Pidi beralasan, geng motor tidak membawa senjata tajam, tapi tampil biasa.
“Saya bilang, tidak seru (kalau tak menampilkan senjata tajam), harus sangar. Saya bilang, kalau urusan film, serahkan saja kepada saya. Pidi berfokus ke naskah saja,†tuturnya, Senin, 29 Januari 2018.
Lewat berbagai tantangan tersebut, film ini diproduksi hampir tiga tahun. Ody mengatakan film ini menghabiskan biaya sekitar Rp 11 miliar untuk produksi dan promosi.
Atas dasar itu, dia optimistis Dilan 1990 mampu mencapai target yang dipatok, yaitu tiga juta penonton. “Film ini tidak murah,†katanya.
Sumber: Tempo