SUKABUMIUPDATE.com - Hewan bisa memprediksi gempa, mitos atau fakta? Bukan rahasia lagi kalau Indonesia adalah negara gempa. Namun tak ada yang bisa memprediksi gempa.
Hanya, ada anggapan yang menyebutkan bahwa hewan bisa memprediksi gempa. Mitos atau fakta? Mari kita cari tahu jawabannya.
Perilaku Aneh Hewan
Lima hari sebelum gempa Jepang 2011, 20 ekor ikan oar (Regalecidae) terdampar di tepi pantai. Bagi orang Jepang, ikan ini adalah pesan dari dewa penguasa samudra (Susanoo). Terdamparnya ikan-ikan ini pun disebut sebagai peringatan terhadap bencana yang akan terjadi. Sekadar informasi, ikan ini merupakan satwa laut dalam yang jarang menampakkan diri ke permukaan.
Entah kebetulan entah tidak, pada 11 Maret 2011 atau lima hari setelahnya, gempa dahsyat berkekuatan magnitudo 9 mengguncang Negeri Matahari Terbit ini. Gempa besar itu disusul tsunami yang menewaskan 15 ribu lebih orang.
Cerita menarik lainnya ada di Cina, tepatnya di Provinsi Sichuan. Pada 2008, beberapa hari sebelum gempa berkekuatan magnitudo 7,8, ribuan katak keluar dari sarang dan memenuhi jalanan. Sesaat sebelum gempa terjadi pun satwa di kebun binatang berperilaku aneh. Gajah menggerakkan belalainya, semua singa berjalan dengan gelisah, zebra menabrakkan kepalanya ke pintu kandang, burung merak mengeluarkan suara melengking.
Anggapan hewan bisa memprediksi gempa ternyata sudah ada sejak zaman Romawi Kuno. Dalam bukunya, Varia Historia, Claudius Aelianus menulis: "Sebelum gempa terjadi di Helike pada 373 sebelum Masehi, banyak hewan, seperti tikus, ular, dan serangga, meninggalkan kota itu." Tak lama, terjadi gempa besar dan datang ombak besar yang menelan kota itu.
Teori dan Studi
Namun benarkah hewan bisa memprediksi gempa? Menurut Roger Musson, peneliti seismologi dari British Geological Survey, kemungkinan satwa memang bisa mendeteksi gempa. "Mereka memiliki kemampuan merasakan sinyal elektromagnetik yang keluar dari pergesekan batuan saat gempa terjadi," katanya, seperti dilansir laman Live Science.
Menurut dia, tak menutup kemungkinan hewan memiliki kemampuan tersebut karena bisa merasakan getaran lemah yang tidak dirasakan manusia. Namun memang belum ada cara yang komprehensif untuk memanfaatkan kemampuan tersebut.
Untuk membuktikan kemampuan para satwa tersebut, pernah ada beberapa ilmuwan yang melakukan studi mendalam. Rachel Grant dan tim dari The Open University, Inggris, contohnya. Mereka mencoba melihat kemampuan katak untuk mendeteksi aktivitas pra-seismik di ionosfer dan frekuensi gelombang radio rendah. Hasil studi mereka terbit dalam International Journal of Environmental Research and Public Health.
"Gerakan tektonik bisa mengirimkan sinyal ion positif ke atmosfer rendah. Saat bertemu air, ion akan beroksidasi, yang kemudian dirasakan katak," ujar Grant.
Tim lain dari University of Virginia juga sempat melihat perilaku pra-gempa. Hasilnya, batu yang hancur akibat guncangan gempa bisa melepaskan gas ozon tinggi. "Nah, gas inilah yang ditangkap oleh para satwa," ujarnya. Meski begitu, menurut tim, cara ini belum bisa dijadikan acuan untuk mendeteksi gempa.
Sumber: Tempo