SUKABUMIUPDATE.com - Aurelie Moeremans berdarah campuran Indonesia-Belgia. Ayahnya bernama Jean-Marc Moeremans dan ibunya Sri Sunarti. Setiap tahun, ia mudik ke Indonesia. Aurelie Moeremans resmi pindah ke Tanah Air ketika berusia 15 tahun. Butuh waktu beberapa bulan untuk beradaptasi dengan cara bergaul, pola pikir, dan gaya bicara orang Indonesia.
Tahun pertama menetap di Indonesia, Aurel kebingungan. “Saya sering bertanya kepada diri sendiri, Kenapa orang Indonesia tidak berani bicara apa adanya? Mereka cenderung menjaga peraaan orang lain lalu menyampaikan keluhan di belakang. Di Belgia, kalau enggak suka, ya bilang enggak suka. Tapi menyenangkan tinggal di sini,†kata Aurelie Moeremans.
Tujuh tahun berkarier, tak banyak yang berubah dari fisiknya. Ia identik dengan rambut hitam panjang tergerai, postur langsing, dan pipi tirus. Perbedaan fisik baru tampak ketika menengok foto-foto masa kecilnya. Waktu kecil, Aurel memiliki pipi tembam dan rambut pendek. Pipi tembam alias chubby, menurut Aurel, karena faktor keturunan.
“Papa saya chubby, Mama juga, dan saya adalah hasilnya. Saya enggak suka dengan pipi ini. Ketika kecil, banyak orang berkomentar, Kamu cantik tapi sayang pipimu chubby. Setelah berfoto, saya selalu mengecek hasilnya. Perhatian saya selalu tertuju ke pipi,†ucap Aurelie Moeremans.
Pipi tembam dan rambut panjang rupanya membawa berkah. Pernah Aurelie Moeremans memangkas pendek rambutnya. Tawaran pekerjaan mendadak sepi. Saat rambut dibiarkan tergerai dan bentuk pipi tidak dipermasalahkannya, pekerjaan berdatangan lagi.
“Untuk memanjangkan rambut butuh waktu 5 tahun. Untuk mengeringkan rambut panjang, butuh waktu sejam. Kalau urusan baju, saya lebih nyaman dengan baju kasual. Celana jeans adalah teman terbaik saya. Kalau enggak ada acara, saya lebih suka pakai tank top, celana training, dan rambut dicepol. Saya mengenakan gaun kalau sedang melangkah di karpet merah saja,†kata Aurelie Moeremans.
Sumber: Tempo