SUKABUMIUPDATE.com - Perubahan iklim, menurut studi terbaru, membuat kadar oksigen di dalam lautan menurun. Tentunya, ini mengancam ekosistem di laut. Rantai makanan dan biota laut yang membutuhkan oksigen jelas akan terganggu.
Menurut studi yang terbit dalam jurnal Science edisi 5 Januari 2018 itu mengungkap, wilayah laut terbuka yang minim oksigen meningkat empat kali lipat. Hal itu juga terjadi di wilayah muara, teluk, dan pesisir, sejak 1950.
Studi berjudul "Declining oxygen in the global ocean and coastal waters" itu menjelaskan, bahwa suhu permukaan air naik. Suhu panas ini menyerap oksigen di permukaan.
Faktor penurunan lainnya ialah menurunnya jumlah ganggang lantaran limbah di lautan. "Mikroorganisme mati dan membusuk akan menyerap oksogen dalam jumlah besar," kata Denise Breitburg, peneliti ekologi laut dari Smithsonian Environmental Research Center di Maryland, Amerika Serikat, seperti dilansir laman The Guardian.
Menurut Breitburg, penurunan oksigen merupakan dampak paling serius akibat tingkah laku manusia di bumi.
Breitburg dan tim dari Global Ocean Oxygen Network ini mulai melihat dampak perubahan iklim pada permukaan laut sejak 2016. Pada tahun tersebut kelompok ini dibentuk oleh Intergovernmental Oceanographic Commission di Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO).
"Dampak akumulasi limbah dari seluruh dunia meningkatkan luasan kurangnya oksigen dalam laut," kata Vladimir Ryabinin, Sekretaris Eksekutif Komisi, seperti dilansir laman Science Daily. "Oksigen rendah tidak mendukung kehidupan ekosistem laut."
Ryabinin mengingatkan bahwa laut adalah pemasok paling besar oksigen di bumi. Menurut dia, setengah dari jumlah oksigen di bumi berasal dari laut. Dia menyebut zona minim oksigen di antaranya, yaitu Teluk Meksiko, deretan danau besar di Amerika, dan Teluk Chesapeake.
Dampak paling besar dari penurunan oksigen di laut, menurut tim dalam jurnal, ialah menurunnya populasi ikan dan biota laut lain. "Juga membuat organisme di laut mudah mati," tulis tim.
Memang, masih ada spesies yang bisa bertahan dari kondisi ini. Namun, hal ini malah membuat keanekaragaman hayati (biodiversity) di laut hilang. Karena itu, tim menyarankan kepada semua masyarakat di bumi agar tidak lagi melakukan hal-hal yang bisa memperparah kondisi lautan, seperti pembuangan limbah dan emisi gas rumah kaca.
Otoritas tiap negara, tulis tim, juga harus membuat kebijakan yang bisa membuat terobosan untuk mengurangi dampak dari perubahan iklim. "Menghadapi perubahan iklim memang perlu upaya global, tapi aksi lokal bisa membawa secercah harapan," ujar Breitburg.
Sumber: Tempo