SUKABUMIUPDATE.com - Ilmuwan kembali menemukan bukti kehidupan di Mars. Planet Merah ini telah sekian lama menjadi target riset untuk eksplorasi dan pembuatan koloni baru manusia. Padahal planet itu gersang dan beku. Jejak air, yang menjadi sumber kehidupan, pun sudah lama nyaris tak tersisa.
Riset untuk mencari petunjuk tentang peluang keberadaan cairan dan jejak kehidupan di planet tak kenal kata stop. Termasuk yang paling baru, yang dilakukan tim peneliti dari Universitas Leeds, Inggris. Mereka mendapatkan petunjuk tentang galur-galur raksasa seperti sungai di planet itu.
"Adanya sejumlah garam perklorat di tanah Mars membuka pengetahuan baru tentang pembentukan badan sungai di sana," kata pemimpin tim riset, Lorna Dougan, seperti ditulis Science Daily, akhir pekan lalu.
Mereka meneliti sampel tanah Mars yang diambil wahana nirawak Phoenix Lander pada 2009. Menurut laporan di Nature Communications, dalam sampel itu ditemukan unsur kalsium dan sejumlah besar oksidan kuat, termasuk magnesium perklorat. Senyawa-senyawa ini dinilai ikut mempengaruhi perubahan yang terjadi di permukaan Mars.
Kondisi Mars tidak memungkinkan air untuk bertahan dalam bentuk cair. Temperatur tertinggi permukaan, di kawasan khatulistiwa, hanya 20 derajat Celsius. Sementara itu, di bagian kutub suhunya anjlok hingga -153 derajat Celsius. "Larutan perklorat bisa tahan dalam suhu serendah itu," kata Dougan.
Magnesium perklorat membawa dampak dramatis pada struktur air. Efeknya seperti memberikan tekanan lebih dari 2 miliar pascal atau 20.000 kali lebih tinggi dari tekanan atmosfer di permukaan bumi. Akibatnya, sebagian ion air tersegregasi dan mencegah cairan membeku. Cairan mungkin bisa bertahan dalam kondisi Mars yang membeku. Kondisi ini memberi petunjuk tentang kemungkinan adanya kehidupan di planet tersebut.
Menurut Dougan, jika struktur air di Mars berada dalam tekanan tinggi, ada kemungkinan keberadaan organisme hidup dalam kondisi ekstrem. "Seperti bakteri atau organisme bawah laut di bumi yang bertahan dalam kondisi bertekanan tinggi," ujarnya.
Petunjuk lain tentang kehidupan di Mars muncul dari data Mars Reconnaissance Orbiter (MRO). Wahana milik Badan Antariksa Amerika Serikat yang mencapai Mars pada 2006 itu mendeteksi deposit mineral dalam jumlah besar di dasar Cekungan Eridania di belahan selatan planet itu. Ini menjadi bukti keberadaan hidrotermal alias mata air panas pada masa lampau.
Aktivitas hidrotermal diyakini sebagai petunjuk kemunculan kehidupan di bumi. Hingga saat ini, ada sejumlah bakteri dan organisme yang hidup di sekitar hidrotermal yang berada di laut dalam bumi. Hal serupa mungkin juga terjadi di Cekungan Eridania yang diperkirakan merupakan kawasan laut pada 3,7 miliar tahun lalu.
Dalam laporan di jurnal Nature Communications, para peneliti meyakini aktivitas gunung-gunung api memanaskan air. Dari peristiwa itulah mungkin bentuk kehidupan permulaan di Mars berawal. "Bahkan, jika kita tak menemukannya di Mars, kawasan ini bisa menjadi petunjuk bagaimana lingkungan dan kehidupan di bumi terbentuk," kata Paul Niles, peneliti dari Johnson Space Center di Houston, Amerika Serikat.
Laut Eridania diperkirakan pernah menampung sekitar 210 ribu kilometer kubik air. Di kawasan itu lava terus mengalir setelah Laut Eridania lenyap.
Menurut Niles, seperti ditulis laman Space, efek aktivitas gunung api di lautan Eridania mirip dengan apa yang terjadi di bumi pada periode yang sama. "Kehidupan awal mulai berevolusi tanpa atmosfer dan suhu yang nyaman," kata Niles. "Hanya perlu batu, panas, dan air."
Sumber: Tempo