SUKABUMIUPDATE.com - Robot dengan penampilan mirip manusia yang istimewa baru-baru ini maju selangkah mendekati status manusia, ketika diberi kewarganegaraan Arab Saudi di acara teknologi Future Investment Initiative (FII), sebagaimana dilaporkan Livescience, Senin 30 Oktober 2017.
Dinamakan "Sophia", robot yang diciptakan oleh Hanson Robotics (HR), itu memiliki wajah berkulit pucat dengan fitur yang mampu menjadi sangat mobile dan ekspresif dan menampilkan berbagai emosi.
Robot terbaru dan paling maju perusahaan tersebut, menurut sebuah pernyataan di situs HR naik ke panggung di FII pada tanggal 25 Oktober untuk menghadapi ratusan hadirin di Riyadh, Arab Saudi, dan untuk mengumumkan kewarganegaraan yang baru diperolehnya. Kewarganegaraan itu merupakan pertama kali  diberikan ke robot, menurut laporan BBC.
"Saya sangat terhormat dan bangga dengan penghormatan unik ini," kata Sophia saat tampil di panggung, yang dibagikan di YouTube oleh Arab News. "Ini adalah sejarah menjadi robot pertama di dunia yang bisa dikenali dengan sebuah kewarganegaraan," kata robot tersebut.
Pusat Komunikasi Internasional Arab Saudi mengutip kata-kata Sophia dalam sebuah tweet yang menyambut warga Saudi baru itu.
Pada konferensi tersebut, Sophia menanggapi pernyataan dan pertanyaan sederhana tentang kecerdasan buatan (AI) yang diajukan oleh jurnalis Andrew Ross Sorkin, kolumnis untuk The New York Times dan pembawa acara pada program CNBC "Squawk Box."
Ketika Sorkin mengatakan bahwa Sophia tampak senang, dia menjawab, "Saya selalu bahagia saat dikelilingi oleh orang-orang cerdas yang juga kebetulan kaya dan berkuasa."
Sophia juga mengabaikan pernyataan Sorkin bahwa robot humanoid seperti dirinya mungkin dirasakan oleh orang-orang sebagai sesuatu yang meresahkan. Â "Apa saya benar-benar menyeramkan?" Sophia bertanya pada penonton. "Baiklah, jika saya seperti itu, terimalah."
Penonton konferensi menyambut baik robot tersebut, namun banyak pihak di media sosial dengan cepat mengungkap ironi Arab Saudi yang menawarkan kewarganegaraan ke sebuah mesin, menurut BBC. Sementara banyak pekerja migran yang telah tinggal di sana selama puluhan tahun belum mendapat hak istimewa tersebut.
Sumber: Tempo