SUKABUMIUPDATE.com - Penyanyi Tulus punya perhatian tersendiri terhadap hewan gajah. Selain ada pengalaman pribadi saat kecil, kehidupan mamalia satu ini pun sempat menginspirasi Tulus menciptakan sebuah lagu berjudul Gajah.
Tak hanya itu, video klip lagu tersebut menghantarkan Tulus mendapatkan penghargaan Anugerah Musik Indonesia 2015.
Meski saat menerima penghargaan tersebut Tulus berduka. Lantaran di waktu berdekatan Tulus mendapat kabar soal Yongki--gajah yang menjadi model di video klip--mati oleh pemburu gading.
Lantas inisiatif Tulus muncul untuk menggagas sebuah kampanye #JanganBunuhGajah. Hal tersebut beriringan pula dengan kondisi populasi gajah yang kian menciut belakangan ini. Pria lulusan arsitektur Universitas Parahyangan ini lantas menggandeng lembaga WWFIndonesia.
Kampanye sudah berlangsung sejak 2016. Lantas di tahun 2017 Tulus melihat perlu ada kebaruan dari kampanye tersebut. Apalagi melihat respons yang luar biasa.
Tahun ini, ia menggagas kampanye #temangajah dan melibatkan WWF serta gerakan penggalangan dana kitabisa.com, perusahaan konsultan bisnis Big Change Indonesia, studio desain NUSAE, dan Synchro.
"Kepedulian lingkungan itu sebuah komitmen yang harus terus dijalani semampu, sekuat tenaga yang kita bisa," kata Tulus, menjelaskan latar belakang kampanye #TemanGajah di Jakarta, Kamis, 19 Oktober 2017.
Dibanding kampanye sebelumnya, Tulus membuat kampanye kali ini lebih lembut dan menyasar pada segmen tertentu.
Kali ini Tulus ingin banyak melibatkan generasi muda terutama anak-anak usia Sekolah Dasar hingga Menengah Atas bahkan perguruan tinggi untuk terlibat melakukan donasi melalui kampanye #temangajah.
Sementara untum gerakan awal, kotak-kotak donasi akan diletakkan di 20 sekolah dasar di Jakarta. Peningkatan jumlah kotak dan sekolah akan meningkat menyusul dari respons yang ada.
Tahap pertama, Tulus dan tim menargetkan pencapaian dana setengah dari total target senilai Rp1 miliar. Baru setelah itu, kampanye akan diperluas ke ranah SMP hingga universitas.
Donasi tersebut menurutnya akan disalurkan untuk pembelia kalung satelit GPS gajah yang didatangkan dari Afrika.
"Targetnya 20 kalung, satu kalung harganya Rp40-50 juta," ujar Tulus. Harga lumayan tinggi itu membuat Tulus merasa perlu melakukan penggalangan donasi yang besar.
Fungsi kalung pendeteksi lokasi itu berguna untuk memantau keberadaan komunitas gajah agar bisa mengantisipasi ancaman terhadap populasi mereka.
Wishnu Sukmantoro, Elephant Counselor Special Coordinator WWF memaparkan populasi gajah Sumatera menurun tiap tahun. Pada 1985, populasinya ada di angka 2400-4800 ekor.
Pada 2016, jumlah gajah Sumatera diperkirakan kurang dari 2000 ekor. Jumlah gajah dalam satu kelompok makin berkurang. Wishnu mengatakan ia sempat melihat ada 108 ekor gajah dalam satu klan pada 1994. "Pada 2012, paling banyak satu kelompok hanya ada 50-60 individu," ujar Wishnu.
Sumber: Tempo