SUKABUMIUPDATE.com - Penganut teori bumi datar tidak henti-hentinya ingin membuktikan anggapan mereka benar. Baru-baru ini rapper B.o.B memulai sebuah kampanye crowdfunding untuk mengumpulkan US$ 1 juta, setara dengan 13,5 miliar rupiah, untuk meluncurkan satelit ke luar angkasa dan membuktikan bahwa bumi itu datar.
Musisi yang berbasis di Georgia itu telah mengumpulkan sekitar US$ 2.000 (Rp 27 juta) dalam lima hari pertama setelah kampanye itu dibuka. Namun, keraguan B.o.B itu sebenarnya dapat diredakan dengan lebih mudah, tanpa perlu peluncuran satelit. Sebab, bukti selama ini sudah menyatakan bahwa bumi itu bulat.
Berikut tujuh cara membuktikan bahwa bumi itu bulat:
1. Pergi ke Pelabuhan
Ketika sebuah kapal berlayar menuju cakrawala, ia akan terlihat semakin kecil dan badan kapal akan tampak tenggelam terlebih dahulu yang disusul dengan tiangnya. Ketika kapal tersebut kembali, urutannya akan berbalik, tiang kapal akan terlihat lebih dahulu daripada badannya.
Observasi kapal dan cakrawala telah jelas dalam "Astronomi Zetetik" pada 1881. Teks pertama mengenai bumi datar dijelaskan dalam sebuah bab untuk membongkar fenomena tersebut. Teks itu menjelaskan bahwa adanya asumsi tentang penghilangan sekuensial hanyalah sebuah ilusi yang dibawa oleh perspektif. Penjelasan ini tidaklah masuk akal, dan ditentang banyak pihak. Bahkan, dengan peningkatan penglihatan, kapal masih tetap tampak tenggelam di bawah kurva bumi.
2. Melihat Bintang
Filsuf Yunani Aristoteles menemukan bahwa konstelasi yang berbeda terlihat dari garis lintang yang berbeda sejak 350 sebelum Masehi. Dua contoh mencolok dalam fenomena ini adalah Big Dipper dan Southern Cross. Big Dipper memiliki satu set dari tujuh bintang yang terlihat seperti sendok besar. Asterisme rasi Ursa Major ini, selalu terlihat di garis lintang 41 derajat utara atau lebih tinggi.
Sementara di belahan bumi selatan memiliki Southern Cross, sebuah susanan empat bintang yang terang. Konstelasi itu tidak akan terlihat jika berada di belahan bumi utara seperti Florida Keys. Pandangan yang berbeda mengenai bintang ini dapat dipahami jika percaya pada konsep bumi sebagai bola dunia. Sebab, teori ini melihat ke arah rangkaian ruang yang berbeda dari belahan selatan dan belahan bumi utara.
3. Perhatikan Gerhana
Aristoteles juga memperkuat keyakinan bahwa bumi itu bulat dengan pengamatan selama gerhana bulan. Ketika gerhana bulan terjadi bayangan bumi terlihat melengkung berada di depan matahari. Aristoteles secara intuitif menjelaskan bahwa bayangan melengkung ini berarti bumi melengkung di sekeliling matahari seperti sebuah bola. Dalam hal ini, gerhana matahari juga cenderung memperkuat gagasan bahwa planet, bulan dan bintang adalah sekumpulan benda bulat yang saling mengorbit.
4. Memanjat Pohon
Jika bumi datar, orang dapat melihat jarak yang sama tidak peduli berapa ketinggiannya. Namun, karena bumi melengkung fenomena ini tidak dapat terjadi. Kelengkungan bumi membatasi penglihatan kita sampai sekitar 3,1 mil (5 kilometer), kecuali jika anda memanjat pohon, bangunan, atau gunung akan membuat penglihatan anda menjadi lebih tinggi.
5. Lakukan Penerbangan Dunia
Untuk langkah ini, akan menghabiskan biaya kurang dari dana peluncuran satelit B.o.B, US$ 1 juta (Rp 13,5 miliar). Jika anda beruntung mendapatkan pamandangan horiSon dalam perjalanan tersebut, anda akan dapat melihat kelengkungan Bumi dengan mata telanjang.
Menurut sebuah makalah PADA 2008 di jurnal Applied Optics, kurva Bumi akan terlihat pada ketinggian sekitar 35.000 kaki (10,6 kilometer). Penumpang pesawat jet Concorde supersonik saat ini sering disuguhi pemandangan cakrawala melengkung saat terbang di ketinggian 60.000 kaki (18,2 kilometer).
6. Balon Cuaca
Pada bulan Januari 2017, mahasiswa Universitas Leicester mengikat beberapa kamera ke balon cuaca dan mengirimkannya ke langit. Balon itu naik sekitar 77.429 kaki (23,6 kilometer) di atas permukaan, hasilnya kamera di atas balon mengirimkan rekaman yang menakjubkan yang menunjukkan lekukan cakrawala.
7. Membandingkan Bayangan
Orang pertama yang memperkirakan keliling bumi adalah seorang matematikawan Yunani bernama Eratosthenes, yang lahir pada 276 sebelum Masehi. Dia melakukannya dengan membandingkan kasus bayangan pada titik balik matahari saat musim panas di daerah Aswan, Mesir.
Eratosthenes melakukannya pada siang hari, ketika matahari berada tepat di atas kepala di Aswan, tidak ada bayangan di sana. Sedangkan di Alexandria, sebuah tongkat yang didirikan di tanah membuat bayangan.
Eratosthenes menyadari bahwa jika dia tahu sudut bayangan dan jarak antara kota-kota, dia bisa menghitung keliling dunia. Di atas Bumi yang datar, tidak akan ada perbedaan antara panjang bayangan. Posisi matahari akan sama. Hanya planet berbentuk bola yang dapat menjelaskan mengapa posisi matahari berbeda di dua kota yang hanya terpisah beberapa ratus mil.
Sumber: Tempo