SUKABUMIUPDATE.com - Disuatu sore, sambil berteduh menunggu hujan reda, sukabumiupdate.com secara tak sengaja singgah disebuah toko yang khusus menjual pakaian dan aksesoris khas Sunda, sang pemilik toko bukanlah orang yang asing di ranah budaya Sunda di Kota Sukabumi.
Ia adalah Firman Nurmansyah (42) tahun, salah seorang penggerak Karasukan, sebuah komunitas Karinding di Sukabumi, melihat kedatangan sukabumiupdate.com dengan keramahannya, Kang Firman begitu ia biasa disapa langsung menyapa "dieu dijero, hujan barina oge arek kamana atuh lah," dengan logat sundanya yang khas mempersilahkan sukabumiupdate.com masuk kedalam tokonya.
BACA JUGA:Â Ternyata, Jipeng Masih Bertahan di Kasepuhan Sinarresmi Cisolok Kabupaten Sukabumi
Setelah bersalaman dan saling bertanya kabar, perbincangan pun langsung menyentuh dunia perkarindingan, terbersit untuk bertanya lebih jauh tentang komunitas Karindingyang di asuhnya serta sejauh mana pergerakan Karasukan saat ini.
"Langsung saja kang, bisa cerita sejarah terbentuknya Karasukan?" sambil tersenyum dan sedikit merubah posisi duduk silanya, Firman pun mulai bercerita.
BACA JUGA:Â Komunitas Sketsa dan Karasukan Asal Sukabumi, Cari Sikumbang Hingga ke Lebak Banten
Karasukan adalah sebuah komunitas yang secara khusus berupaya menghidupkan dan mengenalkan kembali sebuah alat musik kuno bernama Karinding. Terbentuknya Karasukan tidak bisa lepas dari peran Ikbal Maulana, Mutiara Resma, Ilham, Kang Bakti, Dede dan Agung yang sekitar akhir februari 2015 lalu membuat grup di facebook dengan nama Karsum (Karinding sukabumi).
“Meski niat awalnya mereka hanya sekedar iseng ingin mencari teman untuk menabuh Karinding bersama, namun tidak disangka respon yang didapat grup Karsum sangat baik, dalam waktu singkat grup tersebut telah memiliki banyak anggota, tidak hanya bertukar cerita melalui media facebook para member grup karsum pun sepakat untuk bertemu di Alun-alun Kota Sukabumi, momen inilah yang akhirnya dijadikan hari lahirnya Karasukan, meski waktu tepatnya sudah tidak ada yang mengingat namun akhirnya kita sepakat memilih 14 februari sebagai hari ulang tahun Karasukan, bertepatan dengan hari kasih sayang, namun pastinya kasih sayang tersebut kita wujudkan dengan menyayangi seni budaya sendiri."
Firman lalu kembali melanjutkan ceritanya, "Dalam perkembangannya, Karasukan pernah memiliki anggota hingga 200 orang yang tersebar di Kota dan kabupaten Sukabumi, seiring dengan itu pergerakannya pun semakin jelas, dari yang sekedar iseng dan kopi darat sesama pecinta Karinding menjadi sebuah pergerakan Karinding yang masiv, di awal tahun 2016 Karasukan bahkan pernah memiliki kelas untuk umum, siapa saja bisa belajar memainkan hingga membuat Karinding gratis, kelas tersebut diberi nama Kelas Karinding Taman Urang."
BACA JUGA:Â Mimpi Pegiat Budaya Sunda, Menggelar Saren Taun di Kota Sukabumi
Sambil terus berusaha mencatat poin-poin penting dari keseluruhan cerita Kang Firman, sukabumiupdate.com pun bertanya tentang kondisi saat ini dimana Karasukan bukan lagi satu-satunya komunitas atau grup yang ngamumule waditra Karinding di tatar Sukabumi dan Firman pun menegaskan "Bagi saya, munculnya grup Karinding baru di Sukabumi patut diapresiasi dan harus didukung sepenuhnya, artinya apa yang menjadi tujuan dari terbentuknya Karasukan, baik secara tidak langsung telah berhasil, malah semakin banyak grup yang muncul akan semakin baik, karena diharapkan muncul persaingan yang sehat dalam melahirkan karya-karya seni Karindingan yang baik," terang Firman.
BACA JUGA:Â Memupuk Harmoni Sunda Islam di Padepokan Ekek Paeh Cijagungbojong Kabupaten Sukabumi
Sejak terbentuknya hampir tiga tahun silam, Karasukan bukan tidak mengalami kesulitan, pasang surutnya semangat karena berbagai kendala terutama ekonomi, sering membuat Karasukan harus berfikir keras dalam melakukan kegiatan kegiatanya.
"Jujur saja, saat ini anggota yang aktif di Karasukan memang tidak sebanyak pada awal terbentuknya, meski demikian, seleksi alam telah memilih orang-orang terbaik yang siap untuk mengabdi demi mempertahankan seni tradisi ini tetap lestari, urang bari ngopinya," tiba-tiba Kang Firman berdiri meninggalkan sukabumiupdate.com yang masih sibuk mencerna kata-kata terakhir kang Firman," pengabdian untuk seni tradisi."