SUKABUMIUPDATE.com - Putra kedua Asri Welas, Rayyan Gibran Ridha, divonis menderita katarak saat berusia 3 bulan. Asri pun segera membawa putranya ke rumah sakit untuk segera diambil tindakan medis. Kedua mata Gibran pun lantas dioperasi.
Asri sempat kaget mengapa anak bayi bisa mengidap katarak. Namun apa yang terjadi pada Gibran akhirnya membuka mata Asri. Ternyata banyak bayi lain mengalami masalah serupa. Faktor penyebabnya pun variatif.
Asri Welas mengingat kali pertama menyadari ada sesuatu yang janggal pada mata anaknya saat berlibur bersama keluarga di Jepang, Juni lalu. Gibran baru berusia 2 bulan saat itu.
“Saat di Jepang itu suami saya yang kali pertama melihat, kok di mata Gibran ada dua titik putih begitu? Saya tadinya enggak memperhatikan sedetail itu. Setelah saya lihat dengan detail, iya ya ada dua titik putih. Ini apa, sih?†kata Asri mengenang.
Penasaran, wanita kelahiran Yogyakarta, 7 Maret 1979 ini sampai memperhatikan bayi-bayi lain yang ditemui di Jepang. Melihat apakah mata mereka juga ada titik putihnya seperti Gibran.
“Saya melihat mata beberapa bayi. Enggak ada titik putih di mata mereka. Lama-kelamaan saya merasa titik putih di mata Gibran sepertinya semakin besar. Saya cemas banget dan langsung ingin cepat-cepat pulang ke Jakarta, menemui dokter,†ujar Asri bercerita.
Setiba di Jakarta, Asri tidak bisa langsung ke dokter karena libur Idul Fitri. Jadwal ke dokter pun mundur. Asri baru membawa Gibran ke dokter anak sekalian melakukan imunisasi pada Juli.
Menurut Asri, dokter pun turut kaget kala menyimak keluhan dan melihat kondisi Gibran saat itu. Dokter pun segera meminta agar darah Gibran dicek, termasuk kepala dan jantungnya. “Alhamdulilah jantungnya enggak bocor. Otaknya juga enggak ada apa-apa,†ucap Asri bersyukur.
Asri kemudian diminta ke dokter spesialis mata dan ia memilih Prof Dr Rita Sitorus. Dia praktik di Rumah Sakit Pondok Indah dan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo. Mata Gibran dites satu per satu lewat beberapa tahapan tes. “Dari yang disinari senter, lalu dikasih benda di hadapannya. Jadi ada obyek yang bergerak tapi tidak berwarna dan tidak ada bunyi, ditaruh di depan matanya,†tutur Asri.
Asri Welas kaget mata anaknya sama sekali tidak merespons obyek itu. “Dokter bilang, ‘Asri, ini kamu lihat sendiri enggak ada respons, ya.‘ Ya Allah! Perasaanku sudah kayak apa. Lesu. Langit rasanya runtuh,†ucap Asri pasrah.
Saat itu Asri khawatir anaknya tidak bisa melihat. Dokter berusaha menenangkan dia dan mengatakan bisa melihat atau tidak, tidak semudah itu dapat terjawab.
Dokter mengatakan perlu serangkaian tes panjang untuk memastikan mata Gibran bisa melihat atau tidak. Retinanya harus diperiksa. Apakah ada obyek tertentu di matanya? Tumor misalnya. Saraf di bagian matanya juga diperiksa.
“Setelah pemeriksaan retina, diketahui ini positif katarak. Tapi kataraknya seperti apa? Dilihat lagi retina belakangnya, menempel apa tidak sarafnya? Kalau tidak menempel, maka tidak bisa melihat,†kata Asri menjelaskan.
Untungnya kondisi Gibran kini sudah membaik, Asri Welas pun sudah membawa putranya kembali ke rumah meski kini Gibran harus menggunakan kacamata tebal untuk membantu penglihatannya tersebut.
Sumber: Tempo