SUKABUMIUPDATE.com - Masih perlu waktu untuk mengetahui kenapa pentolan grup Linkin Park, Chester Bennington, memilih mengakhiri hidupnya. Jasadnya ditemukan tewas tergantung di kediamannya di Pales Verdes, Kamis, 20/7.
Namun soal masa lalunya, Chester Benington seperti kitab yang terbuka. Ia tak ragu berbagi cerita kepada publik tentang sisi kelamnya.
Pada 2008, Chester Bennington mengungkapkan ke majalah Kerrang bahwa selama beberapa tahun ia menjadi korban perisakan dan penyiksaan dari teman yang lebih tua darinya. “Ia mulai menganiaya saat usiaku tujuh tahun," katanya.
“(Lalu) ini meningkat dari yang sensitif, penasaran, dan apa yang ia lakukan menjadi penuh pelanggaran dan gila,†kata Chester mengenang.
Saat itu ia dipukuli dan dipaksa melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. “Ini menghancurkan rasa percaya diri saya,†tutur Chester.
Chester memilih diam selama enam tahun karena takut sesuatu terjadi apabila ia berbicara. “Saya tidak ingin orang berpikir saya gay atau saya berbohong. Itu adalah pengalaman yang mengerikan,†ujarnya.
Keheningan Chester diperparah karena pada usia 11 tahun ia harus menghadapi perceraian kedua orang tuanya. Lalu dia sering ditinggal sendirian karena sang ayah yang bekerja sebagai detektif polisi.
“Ini adalah saat yang mengerikan. Saya membenci semua orang di keluarga. Saya merasa ditinggalkan oleh ibu. Ayah sekarang tidak stabil secara emosional, dan tidak ada yang bisa saya ubah. Setidaknya begitulah perasaan saya waktu muda.â€
Perundungan seksual yang dialami Chester berhenti saat dia berusia 13 tahun. Chester tetap memilih diam dan tidak memberi tahu identitas pelaku. Hal ini menyebabkan psikologi pria itu tersebut menjadi rentan. Ia mengaku baru percaya diri ketika mengkonsumsi minuman beralkohol dan obat-obatan.
“Saya menggunakan 11 acid sehari. Saya mengkonsumsi acid begitu banyak dan saya heran masih bisa berbicara. Saya akan banyak merokok, melakukan sedikit meth, hanya duduk dan panik,†ujar Chester kepada Metal Hammer pada 2016.
Lalu ia berusaha menurunkan efek narkoba tersebut. Chester pun mulai menggunakan opium. Tapi kondisinya kadung amat berantakan, hingga sang ibu mengatakan Chester seperti orang yang baru keluar dari Auschwitz.
Setelah itu, pria kelahiran 20 Maret 1975 ini mengkonsumsi ganja untuk mengeluarkan obat-obatan di dalam tubuhnya. “Setiap kali keinginan itu muncul, saya mengisap ganja,†tuturnya.
Pada 2006, muncul sebersit kesadaran dalam dirinya. “Saya memiliki pilihan antara berhenti minum atau mati,†ujar Chester.
Lalu dia melakukan konseling dan mereka terbuka mengenai diri Chetser. “Saya tidak tahu bahwa saya telah menjadi sosok mimpi buruk seperti itu.â€
Itu sangat mengejutkannya. Mereka mengatakan saya merupakan dua orang yang berbeda. Pertama si Chester, dan kedua orang yang menyebalkan. “Saya tidak ingin menjadi orang yang kedua itu!â€
Chester Bennington terus berjuang untuk lepas dari cengkeraman narkotika. Tak ada, atau belum ada, yang tahu kenapa akhirnya dia memilih jalan yang tragis itu: menggantung diri.
Sumber: Tempo