SUKABUMIUPDATE.com - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengomentari tutupnya gerai 7-Eleven atau Sevel per (30/6). Menurut dia, gerai tersebut tutup karena rugi, dan bukan disebabkan oleh larangan penjualan minuman beralkohol di minimarket.
"Sevel kan perusahaan swasta. Sebetulnya informasi yang kami dapat adalah terkait persoalan internal. Pasar memang ada penurunan. Tapi mungkin proyeksinya terlalu agresif pada waktu itu," kata Airlangga di Kompleks Widya Chandra, Jakarta Selatan, Senin (26/6).
Airlangga menuturkan bahwa Sevel sudah beberapa kali mencoba memasuki pasar Indonesia. Yang pertama, kata dia, menemui hambatan. "Ini yang kedua kalinya dan sangat agresif. Tentu keagresifannya itu baliknya ke laba and ruginya dan itu urusan perusahaan swasta," ujarnya.
Menurut Airlangga, masalah perusahaan swasta bermacam-macam. Pertama, rencana bisnis terlalu agresif. Kedua, masalah pengelolaan. Ketiga, masalah pemegang saham. "Untuk mendapatkan market share, tidak semuanya mencerminkan keuntungan," katanya.
Karena itu, menurut Airlangga, tinggal seberapa kuat pemegang saham menginvestasikan dananya. "Pemegang sahamnya kan bermacam-macam, punya time frame yang berbeda untuk return of investment. Jadi, ini murni kasus swasta saja," tuturnya.
PT Modern Internasional Tbk bakal menutup seluruh gerai 7-Eleven atau Sevel di bawah manajemen anak usahanya, PT Modern Sevel Indonesia, mulai (30/6). Menurut Direktur Modern Internasional Chandra Wijaya, penutupan gerai karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki.
Keterbatasan sumber daya tersebut terjadi setelah batalnya rencana akuisisi aset dan bisnis Sevel dari PT Modern Sevel Indonesia oleh PT Charoen Pokphand Restu Indonesia.
 Sumber: Tempo