SUKABUMIUPDATE.com - Band metal asal Amerika Serikat, I See Stars, mengentak Ecopark Ancol pada perhelatan festival musik metal Hammersonic, Ahad, 7 Mei 2017. Salah satu "Dewa" elektronik metalcore ini berhasil membuat kerumunan mengentakkan kepala dan badan. Seirama dengan entakan double ride drum yang terus menggebuk tanpa henti seperti seorang prajurit memuntahkan peluru dari senjata FN MAG.
Sesekali Devin Oliver, vokalis, mengajak penonton mengangkat tangan tinggi-tinggi. "Angkat tangan kalian, Jakarta." Oliver tak perlu meminta dua kali supaya kerumunan berbaju hitam ini mau mengangkat tangan tinggi-tinggi sambil mengacungkan salam khas metal, hook em horns. Di mana jari-jari mengepal kecuali jari kelingking dan telunjuk yang berdiri tegak, seperti meniru tanduk.
Selama 30 menit pertunjukan, gebukan drum berhasil membuat adrenalin naik. Dengan tempo yang menderu, tabuhan yang berat, dan bulat, biasanya mosh pit akan terbentuk. Tapi, lingkaran manusia yang bergoyang bebas ini tak juga terbentuk meski kerumunan terlihat sudah "panas", badan dan kepala tak berhenti mengangguk naik-turun.
Permainan sang peramu musik elektronik, Andrew Oliver, mengambil alih perhatian penonton yang dibuat tercengang dengan kepiawaiannya menyuguhkan sentuhan musik elektronik. Alih-alih gila-gilaan berjoget di arena mosh pit, penonton lebih antusias menikmati aksi panggung band yang muncul pada 2006 ini.
I See Star lahir di Warren, Michigan dan sudah menelurkan lima album studio hingga saat ini. Sejak pertama kali menjejali musik metal, album pertama mereka 3-D merangsek Billboard 200 di posisi 176. Ciri khas band beranggotakan empat personil ini adalah mengawinkan genre post-hardcore dengan bunyi-bunyian elektronik. Keunikan ini membuat mereka tampil sebagai pionir electronicore.
Tapi, bukan suguhan konser rasanya jika tak ada drama "we want more" yang mengiringi sensasi klimaks di akhir pertunjukan. Kali ini, sang vokalis turun dari panggung, mendekat ke arah kerumunan yang tak henti mengepalkan tangan ke langit. Dia mendendangkan lagu pamungkas sambil menggenggam tangan beberapa penonton yang berusaha meraihnya.
"Keren musiknya, aksi panggungnya juga stabil meskipun dari tadi pemainnya pada jejingkrakan," kata Akbar, 31 tahun, penonton yang jauh-jauh datang dari Surabaya.
Sumber: Tempo