SUKABUMIUPDATE.com - Sutradara Joko Anwar mengatakan Indonesia adalah pasar untuk film yang sangat majemuk. Namun salah satu kesulitannya dengan pasar yang majemuk ini adalah pemasarannya. Sehingga, film-film bercerita lokal dianggap sulit diterima oleh penonton.
"Jangankan beda pulau, satu pulau saja sudah berbeda-beda suku-sukunya sehingga ketika ditampilkan satu cerita lokal, belum tentu masyarakat yang lainnya tertarik," katanya, Jumat (14/4).
Joko Anwar mengatakan, sampai sekarang memang kendala dari bisnis film adalah marketing. Masalahnya, pihak perfilman belum memiliki modal untuk menjangkau pasar yang majemuk tersebut.Â
Akibatnya, film-film yang laris di pasaran nasional dapat dipastikan adalah film-film yang berasal dari cerita-cerita novel, serial televisi, dan sebagainya. "Cerita-cerita yang semua masyarakat Indonesia memahaminya."
Untuk mengatasi hal itu, Joko menuturkan, salah satu strategi untuk memajukan film Indonesia saat ini adalah dengan pendekatan desentralisasi. Maksudnya industri-industri film di daerah dikembangkan. Contohnya sekarang sudah mulai terlihat seperti di Makassar, Jogjakarta, dan Lampung.
"Sineas-sineas di kota tersebut mulai berhasil membuat film-film bernafaskan lokal. Film-film tersebut kemudian banyak dilirik oleh masyarakat setempat." Ini sudah terbukti, film-film yang memanfaatkan potensi daerah seperti kru maupun investasi justru berhasil di wilayahnya sendiri.Â
Jadi dengan mengangkat kisah-kisah lokal tersebut dapat membantu meningkatkan antusiasme masyarakat. Dengan demikian untuk memajukan film Indonesia tidak bisa dilakukan dengan pendekatan Jakarta centris.
Â
Sumber: Tempo