SUKABUMIUPDATE.com – Kreativitas anak-anak muda Kota Sukabumi dalam membuat film indie, ternyata cukup mengagetkan sutradara beken, Aditya Gumay, yang hadir dalam Peringatan Hari Film Nasional (HFN) ke-67, Jumat (7/4) malam.
Pria kelahiran Jambi 1966 yang menyutradarai film Tina Toon dan Leong Bocah the Movie pada 2004 silam ini, melihat bakat luar biasa ditunjukkan kawula muda Kota Sukabumi untuk terus dilanjutkan hingga menjadi semakin besar.
Menurutnya, bagi sebuah kota yang tidak memiliki bioskop, namun memiliki akses dengan pusat pemerintahan, Jakarta, meski harus menempuh perjalanan selama 5-9 jam, ternyata tidak menyurutkan semangat anak-anak mudanya untuk berkarya.
“Jadi menurut saya, juga tidak ada alasan untuk kemudian menjadi minder atau tidak kreatif. Karena banyak kota-kota kecil lain juga sudah melakukan ini,†ujar Aditya kepada sukabumiupdate.com.
Sukabumi, jelas Aditya, memiliki seniman-seniman pembuat film yang juga bagus. Ada mas Agus Ilyas, Didi Setiadi, kemudian juga ada seorang Desy Ratnasari sebagai ikon artis Indonesia. Serta lokasi yang sebenarnya dulu menjadi favoritnya banyak produser, yaitu Palabuhanratu dan sekitarnya.
BACA JUGA:
Peringati HFN, Malam Ini Apresiasi Film Sukabumi Digelar
Keren, Desa Sukaraja Kabupaten Sukabumi Dibuatkan Film Dokumenter oleh Kemensos
Di Sukabumi, Deddy Mizwar Memberi Tips Membuat Film Berkualitas
“Seandainya saja jalan tol ini sudah jadi, akan ada banyak orang-orang film balik lagi ke Sukabumi untuk bisa memproduksi film di sini,†ucapnya.
Aditya melihat, pemenang kategori film terpuji berjudul Pemuda, memiliki ide top of the box alias di luar pemikirannya, dan di luar jalur yang maindstream. Mereka, bahkan benar-benar memiliki satu kreativitas dalam pencarian ide-ide jauh di luar rata-rata, sekaligus cukup berani.
“Contohnya, kisah tentang kebimbangan dalam memilih agama, cukup kontroversi itu menurut saya. Kemudian juga ada percakapan buku dan sepatu di gudang itu kan gak kepikiran. Jadi menurut saya, ide-ide kreatif semacam ini memang semangatnya film indie, bebas menyampaikan ide melalui berbagai sesuatu yang di luar kebiasaan pada umumnya,†tandasnya.
Di akhir wawancara, Aditya berpesan kepada film maker di Kota Sukabumi untuk terus melanjutkan dan berbuatlah sesuatu dengan banyak melakukan pembelajaran agar terbuka wawasan. “Jangan ragu untuk tampil bukan hanya di tingkat nasional, melainkan harus ke internasional,†harapnya.Â