SUKABUMIUPDATE.com – Peringatan Hari Film Nasional (HFN) ke 67 di Kota Sukabumi dilakukan secara berbeda, Sukabumi Cinema Indie Forum, selaku panitia, menggelar tiga agenda kegiatan yakni workshop, layar tancap dan apresiasi film, Jumat (7/4) malam, pukul 19.30 WIB, ini bertempat di Ball Room Hotel Anugerah.
Khusus apresiasi film, ada enam nominasi yang akan menerima penghargaan, yakni sutradara terpuji, ide cerita, penata kamera, penata gambar, film remaja terpuji untuk pelajar, dan film terpuji. Â Â
Ketua Panitia, Rendi Irlian Kamaseh kepada sukabumiupdate.com, mengatakan, sebelum puncak acara terlebih dahulu dilakukan diskusi dengan tema Sukabumi sebagai Kota Sinema dan Pergerakannya yang mengundang narasumber dari Pusat Pengembangan Perfilman (Pusbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)
Bahkan rencananya, Wali Kota Sukabumi dan Wakil Wali Kota Sukabumi juga dijadwalkan hadir, beserta dinas terkait dan seluruh komunitas film umum, komunitas film pelajar, dan beberapa sutradara yang terlibat dalam penjurian, seperti Arya Kusuma Dewa, Kang Wibi, dan Aditya Gumay.
Dijelaskannya, tujuannya dilaksanakannya kegiatan ini untuk meramaikan HFN. Karena mungkin, bagi kebanyakan orang, khususnya di kota-kota yang sudah membudaya film, event seperti ini menjadi peringatan yang besar. Hanya untuk di Kota Sukabumi, masih menjadi hal yang biasa saja, belum setenar Hari Pendidikan.
BACA JUGA:
SMA Negeri 1 Kota Sukabumi Raih Juara Satu Film Dokumenter
Keren, Desa Sukaraja Kabupaten Sukabumi Dibuatkan Film Dokumenter oleh Kemensos
Di Sukabumi, Deddy Mizwar Memberi Tips Membuat Film Berkualitas
“Padahal momentumnya sama saja merayakan lahirnya film,†katanya.
Rendi melihat, perfilmaan Sukabumi saat ini menuju ke arah yang baik, dengan regenerasi dan kemunculan komunitas-komunitas ekstra kulikuler film di sekolah. Harapannya tentu, ingin membudidayakan film sekaligus membangun budaya menonton bagi masyarakat kota untuk sadar, bahwa film penting di setiap lingkungan kehidupan.
“Kami tidak terlalu khawatir dengan tidak adanya bioskop, karena di situ kami hadir untuk mengisi kurangnya ruang apresiasi di dalam masyarakat, melalui program layar tancap minimal mengobati kerinduan masyarakat akan menonton film di layar lebar,†katanya.
Dirinya berharap, ke depannya bisa lahir Sukabumi Film Center, sebagai wadah dan masuknya sutradara, pekerja sinema, dan komunitas film dari Sukabumi. “Sejauh ini kita dengan pemerintah sering ngobrol, hanya sifatnya secara personal. Karena kami tidak terlalu mengandalkan pemerintah,†pungkasnya.