SUKABUMIUPDATE.com – Alunan musik dangdut membahana dari sebuah warung remang-remang di kawasan wisata Pantai Ujunggenteng, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi, Sabtu (1/4) malam, sekitar pukul 21.30 WIB. Sejumlah wanita terlihat asyik bergoyang seronok dengan sejumlah pria.
Sementara tak jauh dari warung remang-remang itu, wanita lainnya memilih berdiri menunggu pria hidung belang yang ingin menghangatkan tubuh. Sesekali mereka memainkan handphone android keluaran Cina.
Pakaian seronok ketat menjadi modal utama mereka dalam melancarkan aksinya menggoda pria hidung belang. “Kang, godain kita dong,†celoteh wanita berusia sekitar 25 tahun. “Diskon kang,†lanjutnya menggoda sambal mengerlingkan matanya.
Selangkah dari wanita berusia 25 meter itu, ada wanita lain yang tak kalah seksi. Godaan pun dilontarkan perempuan berusia sekitar 28 tahun itu. “Mumpung sepi nih. Diskonnya 50 persen," timpalnya seraya menyebut angka nominal sebesar Rp100 ribu sekali kencan.
Wanita berusia 25 tahun itu kemudian memaksa salaman dan menyebutkan namanya. “Saya Rani, dan teman saya ini Santi (keduanya mengaku samaran-red),†ujar dia dengan genit.
Rani mengatakan, telah melakoni dunia prostitusi semenjak tiga tahun terakhir. Pekerjaan ini dilakoninya setelah bercerai dengan suaminya. Dunia itu ia anggap mampu menutupi kebutuhan hidupnya. Ia tak pernah berpikir akan penyakit apalagi dosa.
BACA JUGA:
PENGAKUAN: Mengintip Bisnis Lendir di Ibu Kota Kabupaten Sukabumi
Pengakuan: Labirin Hidupku, Lesbi dan Pria Beristri
Sedangkan Santi bercerita, terjun ke dunia esek-esek lebih lama dari Rani. Santi mengaku sudah menjanda dan memiliki anak. Ia menjalani profesi itu selama kurang lebih tujuh tahun. “Awalnya sih risih. Tapi kalau udah biasa, jadi enjoy,†sebut Santi.
Dari hasil menjual diri, kedua wanita itu mengaku bisa mengantongi uang sedikitnya Rp300 ribu hingga Rp500 ribu semalam. “Itu pun kalau sedang ramai. Tapi kalau malam mini sepi banget. Alamat tak dapat uang,†sebut dia.
Soal tarif, aku Rani, sekali kencan pria hidung belang harus merogoh kocek Rp200 ribu. Sedangkan tarif booking semalam hidung belang dikenakan Rp500 ribu, belum termasuk biaya penginapan. “Penginapan di sini mah variatif, mulai dari 100 ribu sampai 250 ribu Rupiah semalam,†terang Rani.
Ia menambahkan, untuk bisa menikmati tubuh mereka, ada syarat wajib yang harus dilalui pria pencari kenikmatan, yakni wajib membeli rokok atau minuman keras dari warung remang-remang milik sang mamih. “Kalau udah jajan di warung mamih, baru boleh bawa kita ke penginapan,†tambahnya.
Hasil dari menjual diri itu, tambah Santi, tidak semua menjadi milik mereka. Mereka wajib memberikan komisi pada mamih yang menjadi induk semang. “Ada jatah mamih dari setiap penghasilan kami. Biasanya sebesar 20 persen dari nilai transaksi,†terang Santi.
Kalau lagi ramai, ujar Santi, mereka bisa mendapatkan tiga hingga lima pria hidung belang. Biasanya pelanggan mereka terdiri dari lekaki yang sedang ditinggal istri menjadi tenaga kerja wanita.
Selain wanita penghibur berusia tak lagi muda, di sana juga tersedia gadis berusia antara 16 hingga 18 tahun. Namun, tarif anak baru gede (ABG) ini jauh lebih mahal dari Santi dan Rani, yang mangkal di pesisir pantai. “Short time Rp500 ribu, dan harus di hotel ber-AC (air conditioner-red),†ujar Barkah tukang ojek di depan salah satu hotel di bilangan Surade.
Selain kelas ABG, sebut Barkah, di sana pun tersedia kelas janda muda. Bahkan, tarif janda muda berusia sekitar 20 tahunan itu, dinyatakan lebih mahal. “Kalau kelas janda muda, tarifnya Rp750 ribu sampai satu juta. Tapi dijamin memuaskan,†Barkah berpromosi.