SUKABUMIUPDATE.com - Bayangkan beberapa drone diterbangkan bersamaan. Tentunya pemandangan layaknya sekawanan burung yang tengah terbang akan terlihat. Itulah yang akan dilakukan Amazon, perusahaan e-commerce global yang berbasis di Washington, DC, Amerika Serikat, pada tahun ini.
Setelah mengajukan permohonan paten teknologi kawanan drone tersebut ke pemerintah Amerika pada 19 Februari 2015, Amazon akhirnya mendapatkan paten tersebut pada akhir 2016.
“Harapannya, kawanan pesawat tanpa awak tersebut dapat mengangkut beban lebih berat dan dapat menempuh jarak lebih jauh ketimbang drone yang ada selama ini,†demikian tertulis dalam permohonan paten yang diajukan seperti dikutip dari laman Patent Yogi, akhir pekan lalu.
Hanya dalam satu dekade, teknologi drone mengalami lompatan yang sangat jauh. Tak hanya untuk balapan, pesawat tanpa awak yang sejarahnya bermula dari mainan remote control ini telah dimanfaatkan untuk mengambil sampel penelitian di tempat-tempat terpencil. Pada 2015, Amazon mulai memanfaatkannya untuk mengirim paket pesanan.
Menurut Amazon Technologies Inc, modul kawanan drone lebih fleksibel ketimbang drone berukuran besar. Saat sudah tidak diperlukan, kumpulan drone tersebut bisa memisahkan diri dan beroperasi secara independen untuk membawa beban yang lebih kecil. Selain itu, kawanan drone membutuhkan listrik lebih sedikit ketimbang pesawat nirawak besar tunggal.
Dalam deskripsi paten, Amazon menjelaskan bahwa kawanan drone ini mampu mengangkut barang dalam segala ukuran, bobot, dan kuantitas. Sebagai gambaran, rata-rata quadcopter-drone dengan empat baling-baling dapat mengangkut beban sekitar 5 kilogram dan terbang selama 30 menit. Artinya, Amazon membutuhkan sekitar 80 drone untuk mengangkat satu unit motor Harley-Davidson Touring yang bobotnya mencapai 400 kilogram.
Paten ini bukanlah satu-satunya yang didapatkan Amazon pada tahun lalu. Pada 5 April 2016, perusahaan besutan Jeff Bezos itu memperoleh paten untuk pengiriman paket melalui Airborne Fulfillment Center (AFC) menggunakan skema pesawat nirawak. Jadi, Amazon akan menggunakan wahana tanpa awak semacam Zeppelin untuk membawa barang ke wilayah udara di ketinggian 13.716 kilometer (di atas zona pesawat terbang).
“Setelah itu, satu per satu barang diantarkan menggunakan drone dari ‘gudang terbang’ ini ke alamat yang dituju,†kata pihak Amazon seperti dikutip dari Live Science.
Untuk melindungi dua skema pengiriman tersebut, Amazon bahkan membuat paten keamanannya, yakni skema perlindungan drone dari ancaman peretas dan tembakan panah.
Melihat kesuksesan Amazon dalam pengiriman paket menggunakan drone di Inggris, bukan tak mungkin nantinya kawanan drone dan “gudang terbang†ini akan menjelajahi dunia.
Sumber: Tempo