SUKABUMIUPDATE.COM - Bagi kebanyakan orang, Hari Ibu merupakan seremoni dan penghargaan atas eksistensi serta peran ibu dalam membangun karakter anak, membesarkan, mendidik, dan menjadikannya manusia yang berhasil di pelbagai bidang.
Ruhaina Idris, wanita kelahiran 16 September 1962, harus berjuang sendiri untuk tiga anaknya. Sebagai penyiar radio, pada saat itu gaji yang ia peroleh sangat pas-pasan, namun ia tetap. berusaha agar kehidupan keluarga tercukupi.
Rekan Ruhaina, Dicky Ramadhan (37), menguatkan fakta minimnya pendapatan penyiar. “Upah penyiar radio itu nggak seberapa, Anda pasti tahu lah. Tapi ya itu, jika disyukuri, alhamdulillah, saya bisa menikah dan sebentar lagi punya anak. Bu Reni itu, guru sekaligus teman dalam siaran. Teman tandem on air, tapi sejak sakit saya siaran sendiri di program Ngopi Pagi,†terang Dicky.
Namun kini, kondisinya sudah berbeda, setelah Ruhaina divonis menderita kanker serviks. Padahal biasanya, selepas subuh, mereka berdua menyiapkan materi hingga waktu siaran tiba menjelang jam 06.00 pagi.
Ruhaina menuturkan, sejak 1980 dirinya memutuskan untuk menjadi jurnalis radio “Pertama kali saya siaran di Radio SM Tasikmalaya, Kalau di Sukabumi di Airlangga,†terang Ruhaina yang lebih dikenal dengan nama on air Reni Natadihardja.
Profesinya sebagai radio broadcaster dengan upah per jam yang terhitung kecil, membuat dirinya harus memutar otak lebih keras lagi, supaya pundi-pundi bisa mencukupi kebutuhan hidupnya.
“Akhirnya saya memutuskan untuk menjadi tim marketing di SMS FM, waktu itu bersama Yasir Denhaz (mantan news anchor TVRI-red),†kenang Reni.
Kerja kerasnya membuahkan hasil, nama Reni di industri radio di Kabupaten Sukabumi cukup dikenal, klien dan agency iklan ibu kota cukup familiar mendengar namanya.
“Uang tambahan ada lah, dari persentase iklan yang masuk,†terang Reni yang mendiami rumah kontrakan di Selabintana, Desa Sudajaya Girang, Kecamatan/Kabupaten Sukabumi.
Hasil dari pernikahannya, meski kandas di tengah jalan, telah memberinya tiga orang anak. Anak-anaknya kini sudah tumbuh besar dan berkeluarga.
Kini, menjelang 55 tahun, Reni dihadapkan pada perjuangan berat melawan kanker yang mengerogoti tubuhnya sejak 2013 lalu. Akibat sakit yang dideritanya itu, membuat ia tidak mampu lagi berpikir keras, untuk mengingat perjalanan karirnya secara detail ketika berbincang dengan sukabumiupdate.com.
“Aduh, punten eror emutan teh, apa efek kemo nggak tahu saya. Padahal sudah dekat di mulut jawabannya,“ kata Reni.
Meski selama lebih kurang tiga tahun ini "bersahabat" dengan kanker serviks, Ruhaina dikenal memiliki etos kerja dan pekerja keras. Meski begitu, Reni kini sudah tidak lagi melakukan aktivitas siaran. "Nggak aktif lagi. "Tugas saya sekarang memenej radio dengan bantuan teman-teman."
Kini, hari-harinya harus dijalani dengan sabar. Sang penyiar Sukabumi pengidap kanker stadium satu C ini, kerap mondar-mandir Sukabumi-Bandung untuk melakukan Kemoterapi, terapi penggunaan zat kimia untuk perawatan pengidap penyakit kanker.
“Kali ini saya akan menjalani operasi keempat, Saya sih, tidak berharap banyak dari anak-anak, yang penting saya melakukan tugas sebaik mungkin sebagai ibu. Dengan cara apapun yang baik dan bermartabat untuk keberhasilan mereka,†pungkas Reni.