SUKABUMIUPDATE.COM - Rektor Universitas Jember (Unej) M. Hasan mengukuhkan Nawiyanto sebagai profesor sejarah ekonomi dan lingkungan pertama di Indonesia, karena baru Kampus Tegalboto Unej yang memiliki profesor di bidang tersebut.
Selain Prof Nawiyanto, Rektor Unej juga mengukuhkan Novi Anoegrajekti sebagai profesor dalam Ilmu Sastra Indonesia dan Bambang Sujanarko sebagai profesor dalam bidang Teknik Elektro dalam rapat senat terbuka Unej yang digelar di Gedung Soetardjo kampus setempat, Rabu.
Prof Nawiyanto kepada Humas Unej mengatakan pilihannya menekuni sejarah ekonomi dan lingkungan tidak lepas dari posisi Kampus Tegalboto yang berada di Kabupaten Jember yang merupakan daerah pertanian dan perkebunan.
"Saat menempuh kuliah master dan doktoral di Australian National University, setiap kandidat diminta untuk meneliti bidang yang memiliki kaitan langsung dengan kondisi di Indonesia. Saya bekerja di Unej, maka saya tertarik menekuni bidang sejarah ekonomi dan lingkungan," kata dosen yang desertasinya mengenai sejarah perkebunan dan pertanian di wilayah Besuki itu.
Dalam pidato ilmiahnya berjudul "Historiografi Lingkungan: Konteks, Praktik Dan Prospeknya Di Indonesia", Nawiyanto menjelaskan apa, bagaimana dan manfaat bidang studi sejarah ekonomi dan lingkungan.
"Bidang ini memang baru berkembang di Indonesia pada era tahun 1990-an, namun memiliki signifikansi dengan kondisi Indonesia yang merupakan negara agraris dan rawan bencana," tuturnya.
Ia mencontohkan manfaat kajian sejarah ekonomi dan lingkungan di bidang sejarah bencana alam yang sering melanda Indonesia, sehingga kajian mengenai sejarah bencana alam dapat menjadi lonceng peringatan yang diharapkan membangun kesadaran masyarakat, sekaligus menjadi reservoir kearifan sejarah.
Sedangkan Prof Novi Anoegrajekti membacakan pidato ilmiahnya berjudul "Optimalisasi Seni Pertunjukan, Kontestasi Negara, Pasar, Dan Agama" dengan memaparkan hubungan antara negara, pasar, agama, dan budaya Using di Banyuwangi.
"Ada lima kesenian Banyuwangi yang saya teliti yakni gandrung, kuntulan, janger, barong, dan mocoan. Kelima seni pertunjukan tadi memiliki kualitas relasi dengan negara, pasar, dan agama secara beragam, bahkan Banyuwangi menempatkan kelima seni pertunjukan sebagai identitas wilayah untuk mendukung pariwisata," paparnya.
Prof Bambang Sujanarko yang merupakan guru besar di bidang elektronika daya itu menjelaskan mengenai masa depan konsumsi energi di Indonesia, sehingga pidato ilmiahnya berjudul "Peran Elektronika Daya Dalam Peningkatan Efisiensi Energi Listrik Dan Implementasi Energi Terbarukan".
"Saya menawarkan penggunaan pembangkit listrik yang memanfaatkan energi air, angin, sinar matahari, ombak dan lainnya, namun masalahnya, energi terbarukan seperti air, angin, sinar matahari dan lainnya memiliki karakteristik yang tersebar, variatif dan fluktuatif, sehingga perlu sistem yang dapat mengintegrasikan, mengkondisikan, dan menstabilkan energi listrik hasil konversi. Nah disinilah elektronika daya berperan," ujarnya.