SUKABUMIUPDATE.COM - Cuaca buruk yang melanda wilayah Kabupaten Sukabumi, termasuk di area sentra pertanian Lembah  Halimun, Salabintana, Kecamatan Sukabumi, menyebabkan ratusan hektar tanaman tomat gagal panen akibat diserang penyakit Phytophthora (sejenis jamur-red). Jamur tersebut merusak batang, daun, bunga, dan buah tomatnya.
Akibat gagal panen ini, petani mengalami kerugian hingga ratusan juta rupiah. Sehingga untuk mengurangi dampak kerugian tersebut, petani tepaksa harus memanen tanaman tomatnya sejak dini.
"Sudah satu bulan terakhir ini kami mengalami gagal panen khususnya pada tanaman tomat," kata salah seorang petani di Salabintana, Ajun Arasit kepada sukabumiupdate.com, Selasa (11/10).
Lanjut dia, penyebaran penyakit ini sangat cepat, bahkan buah tomat yang siap panen dalam sehari bisa busuk jika terkena wabah ini.
Kerusakan tanaman tersebut, bisa terdeteksi dengan mengeringnya batang dan daun serta percepatan pembusukan terhadap buah tomat. Padahal, petani telah berupaya melakukan pencegahan seperti memberikan pupuk dan hormon penguat tumbuhan.
Ajun menambahkan lahan tomat yang digarap olehnya sekitar sepuluh hektare, namun lahan milik rekannya juga banyak yang terserang penyakit tersebut.
"Ya kalau hujan terus menerus, hasil tani khususnya tomat ini mudah terserang penyakit," tambahnya.
Ajun mengatakan walaupun harga tomat di tingkat petani lagi bagus, karena permintaan tidak sebanding dengan pasokan, tetapi saat ini petani tidak bisa menikmatinya karena gagal panen ini.
Tidak hanya tomat saja, cabai, cabai rawit, dan lain-lain juga banyak yang gagal panen. Untuk mengurangi kerugan akibat serangan penyakit ini petani berupaya memberikan pupuk dua kali lipat pada tanamannya.
Sehingga biaya satu hektar sayuran tomat bisa mencapai seratusan juta rupiah, jika semua gagal maka petani merugi  hingga dua kali lipat. "Harga di pasar saat ini bisa mencapai delapan ribu rupiah setiap kilogramnya, padahal jika tengah panen raya harganya sangat murah yakni bisa Rp1.000 setiap kilogramnya," katanya.