SUKABUMIUPDATE.COM - Di Sukabumi, komunitas seni yang satu ini bisa dibilang pendatang baru, walaupun alat musik yang mereka mainkan adalah salah satu yang mungkin paling tua di tanah sunda, bernama karinding. Banyak literatur yang menyebut karinding lebih tua dari kecapi, karena alat musik pukul getar dari bambu ini awalnya digunakan petani mengusir hama, karena mengeluarkan nada low decible, yang tidak disukai hama perusak tanaman pertanian.
Nah balik lagi ke Sukabumi, khususnya di Kota Sukabumi, ada komunitas yang menjadikan karinding tak sekedar musik tapi sebagai gaya hidup. Mereka menamakan diri komunitas karasukan atau singkatan dari karinding sukabumi ngahiji, yang saat ini jumlah pengikutnya mencapai ratusan orang dari berbagai penjuru sukabumi, baik kota maupun kabupaten.
“kami sama sama tertarik dengan alat musik tradisional khususnya sunda. Sering berkumpul dan membunyikan karinding bareng, makin lama ternyata yang ingin bergabung makin banyak. Komunitas ini memang dibentuk sebagai wadah pelestari budaya sunda,†jelas salah seorang anggota karasukan, Riski Rasta, kepada sukabumiupdate.com, jumat (30/9).
Karinding yang terbuat dari sebilah bambu atau pelepah daun aren, dimainkan dengan cara dijepit diantara bibir dan ditepuk atau disentil. Bukan hanya karinding yang mereka mainkan, sejumlah alat musik yang masuk dalam katagori waditra buhun seperti celempung dan suling pun dimainkan sebagai pelengkap dan kesenian bernama karindingan.
Tempat berkumpul komunitas ini di berada depan toko pernak pernik sunda yang berada di jalan pgri, atau jalan kecil penghubung lapangan merdeka dan alun alun Kota Sukabumi. Disini mereka tak hanya asik membunyikan karinding, tapi juga membuka kelas pembuatan karinding bagi siapapun yang berminat tanpa dipungut biaya.
Mungkin aksi bagi bagi karinding gratis oleh para seniman ini kepada warga yang berminat menjadi salah satu magnet kenapa, pecinta alat musik tradisional ini di sukabumi makin hari makin banyak. Pentas karasukanpun makin meluas, yang tadinya hanya bikin konser di area komunitas, saat ini makin sering dipanggil untuk mengisi slot pengisi acara dalam berbagai event, baik music maupun seremoni lainnya.
“disini tak hanya karinding, alat musik tradisional lainnyapun kami mainkan. Bahkan terkini, kini coba memadukan beragam alat musik tradisional nusantara, ya namanya karindingan konser alat musik buhun,†lanjut riski.
Riski adalah satu diantara, genarasi muda yang memiliki tekad sekaligus talenta tinggi dalam bermusik tradisional. Anak muda yang sempat menuai prestasi sebagai juara pertama alam lomba pementasan kesenian di kota sukabumi, kini giat menciptakan lagu dan mendokumentasikannya kepentingan menyusun album sendiri.
Lebih dari sekedar bermusik, komunitas mendapatkan beban berat untuk menjaga seni peninggalan leluhur ini dari kepunuhan, dampak dari masifnya pengaruh alat musik modern. “kita harus bangga terhadap seni dan budaya bangsa sendiri, dari pada mengekor budaya impor yang belum tentu sesuai dan bermanfaat,†tuturnya.