SUKABUMIUPDATE.COMÂ - Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Melati 7 tepatnya di Kampung Ciaripin Girang RT.02/9, Desa Munjul, Kecamatan Ciambar, Kabupaten Sukabumi jauh dari kata layak dan tidak mendapatkan perhatian dari Pemerintah Kabupaten Sukabumi.
Sejak berdiri di 2008 lalu kegiatan belajar dan mengajar (KBM) di PAUD selalu terganggu dengan kondisi ruang kelas yang memprihatinkan.
Kepala Sekolah PAUD Melati 7 Agus Miharji mengatakan kondisi bangunan sekolah jauh dari kesempurnaan, akan tetapi tidak menyurutkan anak-anak didik sekolah tersebut untuk tetap belajar dan menimba ilmu.Â
Bisa dikatakan sekolah yang terbilang memprihatinkan ini  belum pernah mendapatkan bantuan sedikitpun dari pemerintah, namun sekolah ini tetap ingin mencetak anak didiknya yang memiliki kompetensi.Â
"Kami ini terus menciptakan karya unik khususnya dengan memanfaatkan limbah atau barang bekas menjadi sebuah karya seni tinggi. Ya meskipun terpasa belajar ditempat alakadarnya," kata kepada sukabumiupdate.com, Rabu (7/9).
Dikatakannya, hingga saat ini suasana belajar yang ramai serta semangat ini nampak jelas di ruang kelas yang hanya berukuran 2,5 meter x 5 meter itu. Bahkan, untuk mengisi kekosongan, kata Agus selalu diselipkan materi tambahan yaitu menciptakan karya unik dari pemanfaatan limbah bekas.Â
Bahkan, alat permainan seperti ayunan yang biasanya dibeli dan dirancang kokoh dengan desig unik dan kuat dari besi, serta dikasih warna-warna cerah gampang ditemukan disetiap lembaga PAUD. Tetapi, di PAUD Melati 7 ayunan tersebut dibuat sendiri dengan memanfaatkan sisa potongan kain bekas, tambang sebagai tali dan bambu sebagai tiangnya.Â
"Bukannya tidak mau seperti yang lain, akan tetapi hal tersebutkan harus mengeluarkan uang banyak. Makanya, kami mencoba untuk tetap bisa menyerupai, tapi tidak harus mengeluarkan uang banyak," tambah Agus.
Dikatakan Agus, tak hanya itu, hiasan dinding sekolah pun rata-rata dibuat dari limbah bekas seperti kardus bekas, tikar dibuat dari plastik bekas kopi. Termasuk, menciptakan bunga cantik yang dirancang khusus seperti tangkai dari ranting pohon kering dan buah dari bekas limbah minuman yang menyerupai bunga.Â
"Karya-karya inilah yang selalu meramaikan lingkungan sekolah kami. Akan tetapi, harapan untuk memiliki gedung yang layak selalu kami nantikan," harapnya.