SUKABUMIUPDATE.COM – Sejumlah kepada desa yang berada di kawasan Geopark Ciletuh, Kecamatan Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, kecewa dengan pelaksanaan Ciletuh Geopark Festival (CGF) 2016 yang dianggap tidak memfasilitasi masyarakat sekitar. Nota protes akan dikirimkan langsung kepada Gubernur Jawa Barat, selaku penanggungjawab pelaksanaan CGF 2016 yang digelar Sabtu hingga Minggu (27-28/8).
Pejabat desa kecewa dengan minimnya perhatian pemerintah, terkait potensi sejumlah desa yang terlibat dalam acara diklaim berlevel internasional tersebut. Potensi desa yang dipamerkan dalam stand-stand pameran sama sekali tidak diapresiasi oleh panitia, sehingga tidak mendapatkan porsi untuk diperkenalkan secara luas pada pengunjung (CGF) 2016.
Kepala Desa Ciemas, Kecamatan Ciemas, Abdul Hamid menuturkan kerja keras warga siang malam membuat makanan khas dan produk kerajinan lokal sama sekali tidak mendapat perhatian dari panitia dan pemerintah.
“Kami mengeluarkan uang tidak sedikit, lebih dari Rp8 juta untuk ikut mempromosikan Geopark Ciletuh, tapi sama sekali tidak menghasilkan apapun. Jangankan dibeli, dicicipi pun tidak oleh panitia,†tegas Abdul Hamid kepadasukabumiupdate.com via telepon, Senin (29/8).
Hal sama diungkapkan oleh Kepada Desa Tamanjaya, Kecamatan Ciemas Apandi yang mengaku sempat jadi bulan-bulanan kemarahan warga dan ibu-ibu PKK, akibat kacaunya pelaksanaan CGF 2016 kemarin.
“Ibu-ibu PKK sudah ngeluarin modal, dan berharap produk mereka bisa laku dijual. Kenyataannya nggak ada pembeli, sementara kami harus menanggung seluruh biaya operasionalnya,†jelas Apandi.
Baik Apandi maupun Abdul Hamid sepakat akan menyampaikan kekecewaan tersebut kepada pemerintah khususnya Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
“Ini bukan masalah uang, karena kami sudah berniat ikut membesarkan Geopark Ciletuh. Tapi masalah konsep acara dan pameran yang menurut hemat kami tidak memberikan ruang bagi potensi lokal untuk diperkenalkan kepada Indonesia dan dunia,†jelas Abdul Hamid.
Dikonfirmasi terpisah, Panitia Lokal GCF 2016 Entis Sutisna membenarkan adanya miss komunikasi antara penyelanggara dan pihak desa yang berpartisipasi dalam pameran produk lokal dimaksud. Namun, sejak awal memang tidak ada komitmen dari panitia untuk membiayai atau mengganti biaya produksi dari produk-produk yang dibuat oleh warga dalam pameran GCF 2016 tersebut.
“Kalau dibilang panitia cuek dan tidak perhatian ya tidak juga. Kita berusaha menggiring tamu undangan agar masuk melewati stand-stand pameran, namun ada beberapa kendala karena padatnya rangkaian acara dan faktor cuaca, hal tersebut urung terlaksana. Sedangkan pada hari kedua, banyak stand sudah kosong ditinggalkan pemiliknya. Kami pun tidak bisa berbuat banyak, yang jelas panitia sudah berusaha membeli produk-produk warga pada hari kedua ferstival,††jelas Entis kepada sukabumiupdate.com via telepon, Senin (29/8).