SUKABUMIUPDATE.COM - Penulis harus menelusuri sebuah pemukiman padat penduduk, pada sebuah gang kecil dengan deretan rumah-rumah yang nyaris tanpa pembatas sedikit pun. Tujuannya menemui Rina, ibu muda berusia 27 tahun yang pada hari itu tengah menginap di rumah orangtuanya, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi.
Walaupun sudah memiliki momongan, raut cantik ibu muda yang satu ini belum memudar. Ia tetap cantik, tingginya 163 cm, berat 50 kg, dan rambutnya dipotong sebahu.
Rina tengah menggendong anaknya yang baru berusia kurang lebih dua tahun, ketika Fery Heryadi dari sukabumiupdate.com menemuinya.
Singkat cerita, semenjak menikah empat tahun lalu, Rina tinggal di Jakarta bersama suami. Semenjak itu, Rina nyaris tidak lagi memiliki waktu untuk bisa menemui keluarganya. Sesuatu yang wajar tentunya jika hari ini, Senin (1/8), Rina nampak begitu bahagia berada di tengah-tengah keluarga besarnya.
Lepas dari hiruk pikuk kota yang menjemukan. Lepas dari kejengahan psikologis, ketika harus menghabiskan hari demi hari memikirkan nasib bahtera rumah tangganya yang seakan tak memiliki nakhoda.
Dan hanya dengan bertemu orangtuanya lah Rina bisa kembali mendapatkan perasaan dan asa yang lapang serta rasa nyaman.
Keluh kesah hitam putihnya kehidupan yang ia alami, hilang seketika. Meski hanya seminggu di rumah orang tuanya, namun dirasa cukup.
Rina Muda
Rina muda hidup dalam kondisi ekonomi keluarga yang pas-pasan, sejak usia belasan Rina sudah terbiasa dengan gosip miring, saat diminta tanggapannya, ia menjawab: “Emang orang lain yang ngasih saya makan?†begitu jawabnya selalu.
Terlebih ketika anak kedua dari empat bersaudara ini, sukses menyelesaikan kuliahnya hingga meraih gelar sarjana pada 2009. Setelah bekerja di sebuah perusahaan swasta, karirnya terhitung lancar, sehingga kondisi ekonomi keluarga pun berangsur membaik. Walau disirami banyak gosip miring yang membuat panas telinga, hidup Rina dan keluarganya kian sejahtera dan serba bling.
Bagi Rina, selama ia merasa tak merugikan orang lain, rasanya cemoohan dan hujatan tak perlu diambil pusing, bahkan nyaris tidak pernah membekas di hatinya.
“Yang penting gak ada yang melukai perasaan ibu saya aja, kalo sampe ada yang ngomong macem-macem dan bikin ibu sakit hati, ya dia berurusan sama saya...†Tegas Rina. “Dulu pernah saya sampe berantem sama ibu-ibu (tetangga Rina-red) sampai jambak-jambakan rambut, baru berhenti setelah dilerai ketua RT,†kenang Rina.
Dosa Masa Lalu
Adalah ketika seorang petinggi sebuah perusahaan makanan yang Rina enggan menyebut namanya, menanggung hidup Rina dan keluarga. Ya, Rina tumbuh menjadi remaja sekaligus simpanan seorang suami dan bapak dari enam anak.
Namun Rina tetaplah Rina, ia tetap enjoy meski hanya ditengok dua kali dalam seminggu. Setiap bertemu uang jajan Rp500 ribu sampai Rp1 juta rupiah masuk ke kantongnya. Bagi Rina, yang saat itu masih berstatus mahasiswi salah satu perguruan tinggi di Kota Sukabumi, uang sebesar itu dirasa cukup.
Setelah beranjak dewasa, kebutuhan Rina semakin meningkat. Sehingga ia merasa perlu mencari tambahan pemasukan. Namun sayangnya, ia memilih jalan yang membuat perjalanan hidupnya kian runyam. Menjajakan diri dengan menyambi sebagai ladies escort.
Saking menikmati profesinya, Rina seperti lupa daratan. Bahkan “kelasnya†pun semakin naik, ia hanya mau melayani pria dari kalangan pejabat dan pengusaha Sukabumi.
Tidak puas dengan hasil yang ia dapat di Sukabumi, dua tahun kemudian Rina memutuskan hijrah sekaligus melanjutkan kuliah di Jakarta, menjadi mahasiswi plus-plus. Meski julukan sebagai ayam kampus selalu tertuju kepadanya, namun hal itu tidak membuatnya merasa risih. Baginya bertahan hidup, bisa makan, belanja tas, sepatu dan punya banyak uang adalah tujuan utamanya. Yang lain tidak penting!
Bosan Hidup “Senangâ€
Bertahun-tahun menjalani hidup seperti saat itu, ternyata membuat Rina bosan juga. Ia merasa sangat kesepian, Rina juga ingin dicintai, sementara semua lelaki yang mengelilinginya, hanya datang ketika tengah merasa bosan pada istri atau pasangannya.
Sampai pada suatu ketika, Rina pun memutuskan untuk meninggalkan dunia kelamnya, dan memulai mencari tambatan hati. Beberapa bulan kemudian, Tuhan kabulkan doa Rina. Ia dipertemukan dengan Agus, yang berstatus seorang karyawan biasa. Tetapi bagi Rina saat itu, Agus adalah akhir pencariannya. Pria yang mau menerima Rina apa adanya, serta bersedia memperistrinya tanpa memedulikan masa lalu Rina.
Mereka pun sepakat menikah.
Cinta Permen Karet
Ya, cinta Agus pada Rina tak lebih seperti permen karet. Manis di awal saja, namun pahit dan hambar kemudian. Tidak lama setelah lahir anak pertama mereka, Agus berubah menjadi seorang pemabuk.
Meskipun Rina juga mantan peminum, namun ia mengaku benci ketika melihat sang suami menenggak minuman beralkohol di rumah kontrakan kecilnya itu.
Hari berganti minggu, hingga berganti bulan, Agus tak juga kunjung berubah. Sehingga mulai sering terjadi pertengkaran di antara mereka, terlebih Agus pun mulai sering pulang larut malam. Alasannya segudang, namun Rina mencium indikasi selingkuh pada diri suaminya itu.
Belakangan ternyata dugaannya itu benar. Sikap Agus mulai dingin untuk usia pernikahan yang terhitung baru seumur jagung. Hati Rina serasa hancur berkeping-keping.
Namun anehnya, entah karena tidak mau ambil pusing, atau karena memang tidak mau peduli sama sekali. Rina justru mengaku tidak merasa cemburu sedikit pun, ia hanya merasa sedih, impiannya untuk berubah menjadi seorang wanita baik, kandas sudah. Saat itu, Rina malah merasa seperti diberi lampu hijau untuk melakukan aksi balasan.
Rina yakin, tubuh molek yang ia miliki, masih mampu memikat pria lain meskipun pernah melahirkan seorang anak, “Rina yakin masih banyak laki-laki yang mau,†ujar pemilik kulit sawo matang ini.
Rina pun mulai mencari kontak teman-teman lamanya sesama “pemain†melalui jejaring sosial facebook. Dari teman-temannya itulah, yang kemudian mengenalkan Rina pada seorang bos sebuah perusahaan tekstil. Sejak saat itu, Rina kembali menjadi simpanan sang bos. Di luar sepengetahuan Agus tentunya.
Semuanya berjalan sangat mulus, Rina memang piawai mengatur jadwal, kapan harus berada di rumah dan kapan harus bertemu sang bos. Meski hatinya diliputi rasa berdosa, namun ia puas. Terbayar impas sudah kelakuan Agus.
Bedanya, menurut Rina, jika Agus berselingkuh sekaligus membuang uang untuk wanita lain, sedangkan ia melakukannya semata untuk membiayai ia hidup bersama anak semata wayangnya.
Polanya memang sama, tetapi siapa menyakiti siapa, atau siapa tersakiti siapa?
Rina hanya wanita biasa yang kadang merasa muak dan sedih. Obatnya hanya menangis di pelukan sang ibu serta keluarga tercintanya.
Karenanya, setiap rasa sedih atas nasib rumahtangganya datang, atau ketika masalah lain mengerami hatinya, dia selalu berusaha pulang. Ke sebuah sudut pada gang kecil di Sukabumi.