Menanti Tol Palabuhanratu, Jejak Sejarah Infrastruktur Selatan Sukabumi dari Abad 17

Rabu 24 Agustus 2022, 13:04 WIB

SUKABUMIUPDATE.com - Pemerintah melalui Kementerian PUPR tengah mensosialisasikan rencana pembangunan tol Cibadak Palabuhanratu. Sejarah mencatat! Kawasan selatan Kabupaten Sukabumi khususnya Palabuhanratu sudah 'diincar' oleh orang-orang eropa sebagai suatu potensi, sejak abad ke 17.

Rencana pemerintah membuka akses ke selatan dengan jalan tol menarik perhatian pemerhati sejarah sukabumi, Irman Firmansyah. Lewat akun medsos nya, irman menulis sejumlah upaya pembangunan infrastruktur transportasi dilakukan sejak jaman Belanda untuk membuka akses lebih banyak ke Palabuhanratu, namun gagal.

"Jaman Belanda, pelabuhan internasional palabuhanratu ditutup karena distribusinya tersisih oleh jalur kereta api Sukabumi Jakarta, kemudian jalur kereta api diajukan dibangun ke pelabuhanratu supaya distribusinya terkoneksi, tapi gagal, abis itu dicoba lagi menghidupkan pelabuhanratu melalui kapal KPM, bahkan dibuat rencana untuk membuat kota resort gainesville di palabuhanratu, lagi lagi gagal ..

Bagaimana sekarang? Selama Geopark masih disandang kemungkinan besar terealisir, entah kalo tidak ada, karena dari dulu nilai strategisnya dianggap kecil meskipun potensi wisatanya luar biasa."

Dihubungi sukabumiupdate.com, pada 24 Agustus 2022, penulis buku Soekaboemi: The Untold Story ini kemudian membagikan tulisan, soal rekam jejak sejarah pembangunan infrastruktur di selatan Sukabumi, khususnya Palabuhanratu. Bahkan sudah dilakukan oleh orang-orang Eropa sejak abad ke 17.

Berikut tulisan panjang Irman yang juga ketua Yayasan Dapuran Kipahare Sukabumi ini soal tema tersebut. Dikutip seluruhnya (tanpa edit) agar tidak mengurangi maksud dan tujuan dari sang penulis.

Menilik nama Palabuhanratu tentunya merupakan tempat berlabuh kapal di Selatan Sukabumi,lokasi teluk dengan muara sungai Cimandiri merupakan infrastruktur kuno yang sudah ada sejak dulu kala. Dalam legenda masyarakat konon menjadi tempat berlabuh putri kamboja Mayang Cinde maupun tempat berlabuh Prabu Siliwangi selepas dari Nusalarang. 

Para kartografer pada awalnya tidak mempunyai nama spesifik untuk teluk Palabuhanratu. Mula-mula Scipio (1687) menyebutnyaMuara Ratu mengikuti penamaan penduduk. Namun dalam peta-peta kuno ada yang menyebut baai de sable, sandhoek, hoek de vineron dan bogt winjkoopsbergen. 

Sebutan Hoek de Vigneron dan Bogt wijnkoops bergen baai merupakan anggapan bahwa Palabuhanratu terutama muara Cimandiri merupakan gerbang masuk ke wilayah pegunungan Jampang, yang awalnya disebut Wijnkoop Bergen. Wijn atau anggur dinisbatkan pada tuak kelapa, pohon yang banyak tumbuh di jampang dan basisir kidul. Sebutan Wijnkoopsbaai tanpa Bergen sendiri dimulai sejak tahun 1780 dan dilanjutkan pada masa Raffles hingga Hindia Belanda.

Diduga infrastruktur awal yang dibangun orang Eropa adalah sebuah benteng dekat muara sungai Cimandiri, oleh Van Riebeeck pada tahun 1711. Dalam perjalanan Riebeeck dari Batavia melalui Pondok Opo ke sungai Citarik hingga muara Cimandiri, dia membawa ratusan pembantu yang juga menanam gaga/tipar/ladang padi di Palabuhanratu. 

photoDiduga infrastruktur awal yang dibangun orang Eropa adalah sebuah benteng dekat muara sungai Cimandiri, oleh Van Riebeeck pada tahun 1711. - (dok Yayasan Dapuran Kipahare)</span

Benteng tersebut berada dekat muara sungai Cimandiri, seberang Cidadap, saat ini lokasi itu bernama kampung Benteng. Bisa jadi ini infrastruktur pertama yang dibangun orang Eropa di Palabuhanratu. 

Riebeeck kemudian meminta penduduk Cidadap untuk memelihara jalan yang sudah dirintis. Selepas itu ditempatkan dua penjaga dari Buitenzorg untuk menjaga benteng sebagai pos pemantau bajak laut, tahun 1779 pos tersebut hancur diterjang ombak dan akhirnya dipindahkan ke seberangnya, masih di wilayah Cidadap. 

Pada tahun 1800 dilakukan pembangunan pertama gudang dan dermaga modern oleh 500 pekerja orang dari Batavia. Fakta ini tercatat dalam Minutes of Meeting Secrete Besolulein tertanggal Jumat, 5 Oktober 1800 dalam sidang di Hindia Belanda, atas laporan Kapten Laut Jan Cornelis Baane Tjeringe.

Ia menemukan pelabuhan yang cocok di Wijnkoopsbaai untuk membawa kargo kapal. Dermaga ini cukup membantu pengiriman sesekali melalui laut, mengingat trayek darat dari dan ke Palabuhanratu saat itu cukup mahal. Hingga tahun 1830, pengiriman komoditas dengan pedati dihargai 17 Gulden untuk 30 pikul (Staatsblad No 2 tanggal 8 Januari 1830). 

Pada 31 Mei 1858 hingga 20 Oktober 1859 (Staatsblad no. 65 dan 79) secara bertahap Palabuhanratu (Wijnkoopsbaai) resmi dibuka untuk perdagangan internasional. Pembukaan ini bersamaan dengan Anyer, Bantam, Indramayu, Cheribon, Tegal, Pekalongan, Pasuruan, Probolinggo, Panarukan, Banjoewangi, Pacitan, dan Cilacap. 

Pembangunan pelabuhan dilengkapi dengan semua fasilitas pendukung seperti kantor dan ruang petugas cukai, disertai penunjukan pejabat yang mengurus perizinan serta kemudian kepala pelabuhan. Selain itu, dibangun pula gedung-gedung milik pemerintah dari berbagai instansi terkait. 

Demi kepentingan aktivitas kepelabuhanan, dibangun dermaga yang cukup untuk bersandar kapal-kapal berukuran besar dan tempat bongkar muat. Sebagai pelabuhan internasional, dibangun pula kantor perdagangan asing dan kantor perwakilan negara-negara sahabat. Bahkan, pada 1 Januari 1862, Palabuhanratu ditetapkan sebagai kota pantai melalui Staatsblad no 33 tahun 1862. Kota Pantai yang dimaksud diberi batas tetap yaitu sebelah utara adalah gedung-gedung kantor urusan perdagangan dan keuangan, sementara batas selatan adalah gudang-gudang milik pemerintah.

Namun, kejayaan Pelabuhan ini hanya berlangsung hingga 1873, setelah dibangunnya jalur kereta api (KA) Bogor-Batavia. Sejak itu semua pengiriman dari pantai dialihkan melalui darat. Pembatasan dilakukan sejak 25 Desember 1873, di mana dalam Lembaran Negara No. 264 disebutkan bahwa Palabuhanratu hanya untuk impor terbatas dan ekspor umum dan kantor impor. Sedangkan pembatasan barang ekspor dan cukai ditetapkan melalui peraturan 23 Desember 1873 (Lembaran Negara No. 254).

Sejak saat itu, para pejabat satu persatu pergi meninggalkan Palabuhanratu, mulai petugas pemerintah, pejabat penerima, master Pelabuhan, benteng-benteng, kantor keuangan, bendera-bendera perwakilan negara-negara sahabat, teluk bongkar muat, dan dermaga, termasuk para prajurit dan komandan yang ditempatkan disana. 

Kesibukan aktivitas pelabuhan terhenti sama sekali ketika pemerintah Hindia Belanda mengumumkan bahwa Teluk Wijnkoopsbaai (Palaboean) ditutup untuk semua perdagangan luar negeri. Keputusan ini tercantum dalam keputusan tentang Penutupan Palabuhanratu sebagai Pelabuhan Internasional melalui Staatsblad nomor 207 yang berlaku sejak 1 Oktober 1875. 

photoSisa bangunan dermaga internasional yang dibangun pemerintah Hindia Belanda di Palabuhanratu Sukabumi - (dok Yayasan Dapuran Kipahare)</span

Alasannya, konon, semenjak distribusi pengiriman barang dilakukan melalui jalur KA melalui Stasiun Bogor, Palabuhanratu malah dijadikan tempat penyelundupan. Semenjak itu kapal-kapal yang bersandar hanya berisi manusia yang transit atau keperluan tertentu seperti berburu ke Cikepuh.

Meski kemudian pada April 1901, dermaga dibuka kembali ditandai dengan berlabuhnya kapal besar SS Van Houthorn milik Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM). Namun, hal tersebut tidak mampu mengembalikan kejayaannya, karena terbatas digunakan KPM dengan rute utama yang terbatas seperti Australia, akibatnya rencana membangun jalur kereta api dari Cibadak ke Palabuhanratu pun batal.

Melihat potensi alam di selatan Sukabumi khususnya Palabuhanratu, pengusaha bernama Cornelis Gentis berencana membuat kota resor internasional bernama Gentisville. Dia bekerja sama dengan seorang mantan perwira angkatan laut yang sudah tinggal di Palabuhanratu sejak tahun 1895, yaitu R.A Eekhout. Eekhout saat itu adalah pegawai pemerintah dan tokoh perkeretaapian, membantu memuluskan ijin-ijin proyek pembangunan kota resor Gentisville. 

Dari brosur berwarna terbitan De Bussy Amsterdam yang disebar di Eropa dan Hindia Belanda, disebutkan bahwa Gentisville adalah resor dengan pemandangan alam yang sangat indah. Resor tersebut dijelaskan sebagai resor pemandian air laut dan sungai di Wijnkoopsbaai (Gentisville, zee- en rivier badplaats aan de Wijnkoopsbaai, Overzicht van eene reclame-brochure, 1902). 

Gaya bahasanya sangat menarik, “Di dunia ini Anda bisa menemukan segala sesuatu di sekitarnya, kecuali untuk beberapa tempat indah dan membahagiakan dimana Gentisville berada, pantai berpasir dan berbatu, iklim laut dan pegunungan, Anda bisa pergi jauh ke sungai atau ke pantai Mediterania, padahal yang anda cari hanya beberapa jam dari Ibu Kota Hindia.”

Gentisville ini dianggap sebagai proyek raksasa yang ambisius. Bahkan konon keluarga Gentis merencanakan membangun kota serupa bernama Gentisland di Cape Town dan Greenland. Beberapa liputan koran dan keterangan di media juga cukup bombastis menyebutkan Gentisville ini terintegrasi dengan wisata laut. 

Jalan penuh pohon nyamplung menuju semburan mata air panas di Cisolok. Kata-katanya juga atraktif, “Nikmati sesekali, bahkan jika hidup anda belum jadi jutawan, Anda bisa menikmatinya Bersama kami bak seorang jutawan.” 

Gentisville ini juga dijuluki sebagai surganya anak-anak dengan berbagai keunggulan. Mobil khusus yang disebut Omnil mobil disediakan di Cibadak dan Kota Sukabumi, khusus menuju Gentisville. Dalam Majalah untuk Industri dan Pertanian di Hindia Belanda (1900, I) disebutkan bahwa Eekhout sebagai rekanan sangat antusias sehingga dia berencana membangun Brunnen hotel di Gentisville. 

Spanduk yang dia buat di lokasi bertuliskan Vivat Gentisville: “Front to the Ocean.” Eekhout juga banyak menulis di media mengkampanyekan kunjungan ke Gentisville. Disebutkan bahwa kapal tersedia membawa ke banyak lokasi wisata, sungai indah yang aman, pemandangan gunung yang bisa dinikmati sambil duduk. Hanya butuh dua jam untuk menikmati pemandangan laut yang indah dari hotel di Gentisville.

Eekhout masih berupaya melanjutkan misinya dalam mengangkat Palabuhanratu pasca Grentisville gagal. Dia mengajukan permohonan konsesi kereta api untuk jalur Cibadak Palabuhanratu, dan Palabuhanratu Ciletuh yang akan berlanjut ke Bandung melalui Agrabinta. Kemudian mengejar Konsesi Batavia Electric untuk membangun jalur trem di sepanjang Pantai Selatan. 

photoWisatawan ke Palabuhanratu tempoe doeloe - (dok sukabumi heritages)</span

Permohonan tersebut tidak berhasil dilaksanakan sehingga dia mengalihkannya untuk menarik kapal uap Koninklijke Paketvaart Maatschappij (KPM) untuk membuka jalur dari Palabuhanratu hingga Cilauteureun. KPM akhirnya menambah jalur pada tahun 1908 ke Palabuhanratu. Namun implementasi ke Cilauteureun baru berlangsung 1925 saat pembukaan jalur baru ke Ujung Genteng dan Cilacap. 

Infrastruktur lain yang dibangun adalah jembatan gantung (hangbrug/Kabelbrug) Bagbagan. Jembatan ini awalnya dibangun Mei 1914 sebagai jembatan besi biasa, tahun 1916 pilar-pilar dan bagian atasnya selesai total, sayangnya tahun 1917 terjadi banjir besar sehingga pilar dan jembatan terbawa arus, sejak itu jembatan terputus.

Pemerintah hindia belanda saat menghubungi American steel co di new york untuk mengirimkan penawaran material jembatan yang kuat, karena harga dollar tinggi maka pembelian dibatalkan. Sebagai upaya sementara membangun jembatan sederhana dengan sebagian berbahan kayu.

Tahun 1921 terjadi banjir besar lagi sehingga jembatan Bagbagan kembali porak poranda, Selain banjir kendala pembangunan juga karena takhayul penduduk setempat, bahwa pemerintah akan mengumpulkan beberapa kepala manusia sebagai kurban sehingga pekerja lokal susah direkrut.

Hindia Belanda kemudian mulai serius membangun dengan menggunakan konsep jembatan gantung atau hangbrug dengan kontraktor Becker en co, karena materialnya berupa kabel baja maka disebut juga kabel brug. Jembatan ini akhirnya dibuka tanggal 4 mei 1923 dengan model yang indah karena mirip Jembatan San Fransisco di Amerika Serikat, didekatnya didirikan rumah untuk insinyur jaga.

Eekhout terus berupaya mempromosikan Palabuhanratu melalui brosur yang diterbitkan pada tahun 1907 dengan judul, “Jawa Barat, Pantai Selatan pada tahun 1902.” Kemudian “Bepergian dengan air dan di pedesaan.” Dia juga berupaya mendorong pembangunan pembangkit listrik tenaga air yang besar. Selain itu membuka pusat perikanan di Palabuhanratu dan mendorong Bupati untuk melakukan perbaikan jalan. Upayanya cukup berhasil karena jalan ke Palabuhanratu diperbaiki hingga ia meninggal pada awal 1911.

Sepeninggal Eekhout pembangunan resort di Palabuhanratu tidaklah maksimal, pesanggrahan baru kemudian dibangun di Karang Hawu tahun 1926. Pembangunan infrastruktur lainnya adalah Lapangan Terbang, namun pemerintah Hindia Belanda tidak menjadikannya sebagai lapangan terbang militer melalui penempatan pesawat tempurnya, tapi sebagai lapangan udara darurat. 

Hanya digunakan jika ada keperluan darurat atau kunjungan ke sekitar palabuhanratu yang memerlukan penggunaan pesawat. Lapangan ini pada masa Jepang juga digunakan untuk Latihan PETA, dan sempat dipakai keperluaan transportasi militer di masa pendudukan Belanda hingga tahun 1949.

Sementara jalur alternatif Cikidang baru dibangun tahun 1927. Awalnya hanya jalan setapak untuk kuda. Namun karena muncul rencana untuk membangun Pelabuhan alternatif untuk kapal KPM di Cikembang (Cisolok) maka dibangun jalan. Namun karena dana pemerintah terbatas sehingga jalan menuju Cikembang tidak dapat direalisasikan, sementara Pelabuhan akhirnya diambil alih oleh Angkatan laut.

Di masa kemerdekaan RI, lapangan terbang di Palabuhanratu digunakan sebagai lahan kering dibawa kewenangan angkatan udara dan dijadikan lahan proyek-proyek pertanian. Meski begitu kadang kala juga dipakai jika ada pejabat atau orang berduit yang datang ke Palabuhanratu menggunakan pesawat kecil. 

photoHindia Belanda juga membangun lapang terbang di Palabuhanratu Sukabumi - (dok pustaka kipahare)</span

Pelita Air Service kemudian sempat menggunakan Lapangan terbang ini sebagai jalur charter melalui pesawat Skyvan. Hal ini berlanjut dengan pembangunan lapang terbang yang lebih modern, oleh Pertamina dan Pelita Air Service dan diresmikan pada tanggal 12 Desember 1972, cukup memangkas jarak Jakarta-Palabuhanratu saat itu, hanya 30 menit saja, naik pesawat. Namun kemudian bisnisnya gagal dan akhirnya lapangan terbang ditutup.

Sementara pesanggrahan Tendjoresmi (istana presiden) beralih kepemilikan dan namanya berubah menjadi Vaya Con Dios. Ketika Bung Karno berkunjung ke Palabuhanratu pada tahun 1964, beliau meninjau villa tersebut dan tertarik untuk menjadikannya tempat peristirahatan. 

Dalam beberapa perbincangan akhirnya villa tersebut ditukar guling dengan hotel yang ada di sebelahnya. Rencananya villa tersebut akan dibongkar dan dibangun yang baru, namun akibat kondisi politik yang tak memungkinkan, pembangunan sempat terbengkalai. Baru tahun 1970an kembali dibangun dengan konsep modern dan disebut Cliffhouse hingga dijadikan istana untuk menerima tamu kehormatan di bawah sekretariat negara.

Bung Karno saat itu malah membangun Hotel Samudra Beach dari dana rampasan perang Jepang. Disitu Bung Karno masih mempunyai mimpi membangun kota resor tepi laut, dengan rencana membangun domino internasional seperti Las Vegas. Pelabuhan kapal pesiar dan landasan helikopter juga akan dibangun, namun rencana ambisinya tak berhasil. 

Baca Juga :

Hanya berhasil membangun Hotel Samudra Beach  dari tahun 1962 dan selesai 1965, dengan biaya rampasan perang Jepang. Soft opening nya pada November 1965, peresmiannya 15 Februari 1966 oleh Waperdam III, DR J Leimena.

"Kini infrastruktur Palabuhanratu akan dibangun Kembali melalui rencana pembangunan jalan tol ke Pelabuhanratu. Tentunya ini menjadi harapan untuk mengangkat Kembali potensi Palabuhanratu baik dari segi ekonomi maupun pariwisata," tulis Irman di penghujung tulisannya. 

Tanpa akses yang baik dari darat dan laut, Palabuhanratu hanya menjadi kota pedalaman yang terisolir, lanjut Irman. Ia berharap tak hanya tol, tapi juga merealisasikan 'mimpi Pelabuhan internasional dan juga bandara di Kota Palabuhanratu. 

"Yang perlu dipersiapkan adalah kesiapan masyarakat deregulasi yang menunjang Palabuhanratu untuk menjadi kota resort internasional. Diantaranya soal kebersihan dan penataan destinasi wisata, termasuk soal regulasi miras bagi para pelancong asing," tutup Irman.

Follow Berita Sukabumi Update di Google News
Simak breaking news Sukabumi dan sekitarnya langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita SukabumiUpdate.com WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaXv5ii0LKZ6hTzB9V2W. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Editor :
Berita Terkini
Sukabumi Memilih22 November 2024, 13:11 WIB

Dipandu Yasmin dan Agung, Daftar Panelis Debat ke II Pilkada Kabupaten Sukabumi 2024

Debat antara paslon 01, Iyos - Zainul dan paslon 02 Asep Japar - Andreas akan berlangsung Jumat (22/11/2024) di Hotel Sutan Raja Bandung, mulai pukul 14.00 WIB.
Presenter INews TV Yasmin Athania akan memandu (hots) debat publik II Pilkada Kabupaten Sukabumi, Jumat (22/11/2024) (Sumber: akun medsos Yasmin Athania)
Food & Travel22 November 2024, 13:00 WIB

Kebun Teh Cipasung, HTMnya Rp10.000 Spot Menarik untuk Healing di Majalengka

Biaya masuk ke Kebun Teh Cipasung cukup terjangkau, sehingga Anda tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar untuk menikmati keindahan alam ini.
Dengan semua kelebihan yang dimiliki, Kebun Teh Cipasung memang layak untuk dijadikan tujuan wisata Anda. (Sumber : Screenshot YouTube/@Apri Subroto).
Bola22 November 2024, 12:00 WIB

Prediksi Persebaya Surabaya vs Persija Jakarta di Liga 1: H2H, Susunan Pemain dan Skor

Persebeya vs Persija akan tersaji sore ini dalam lanjutan liga 1 pekan ke-11.
Persebeya vs Persija akan tersaji sore ini dalam lanjutan liga 1 pekan ke-11. (Sumber : X/@persebayaupdate/@Persija_Jkt).
Sukabumi22 November 2024, 11:58 WIB

Diduga Pecah Ban, Truk Muatan Pasir Masuk Jurang di Parungkuda Sukabumi

Berikut kronologi sementara kecelakaan tunggal truk muatan pasir masuk jurang di Parungkuda Sukabumi.
Kondisi truk muatan pasir yang masuk jurang di pinggir jalan raya di Parungkuda Sukabumi. (Sumber : SU/Ibnu)
Sukabumi22 November 2024, 11:51 WIB

Babi Hutan Masuk Sumur di Cidolog Sukabumi, Upaya Evakuasi Sampai Dua Jam

Warga Cidolog Sukabumi geger babi hutan masuk sumur 7 meter. Bahu membahu evakuasi hingga membutuhkan waktu dua jam.
Warga evakuasi babi hutan yang masuk ke sumur sedalam 7 meter di Cidolog Sukabumi. (Sumber : Tangkapan layar video/Istimewa)
Science22 November 2024, 11:13 WIB

14 Kecamatan di Sukabumi Waspada! BMKG Keluarkan Peringatan Potensi Banjir

BMKG memprakirakan intensitas curah hujan di sebagian besar wilayah Jawa Barat pada dasarian atau sepuluh hari ketiga November 2024 berkategori menengah hingga tinggi.
Ilustrasi. Motor terseret banjir di Gang Peda Pasar kawasan Ahmad Yani Kota Sukabumi, 5 November 2024. (Sumber: istimewa)
Sukabumi22 November 2024, 11:02 WIB

Warga Jampangtengah Sukabumi Dibacok OTK hingga Luka Parah di Kepala dan Dagu

Seorang pria di Jampangtengah Sukabumi mengalami luka parah di kepala dan dagu usai dibacok sajam oleh orang tak dikenal (OTK).
Ilustrasi. Seorang pria warga Jampangtengah Sukabumi dibacok OTK hingga luka parah. (Sumber Foto: Istockphoto/ Zoka74)
Inspirasi22 November 2024, 11:00 WIB

Sarjana dengan IPK 3,00 Cari Kerja? Cek Info Loker Jawa Barat Berikut!

Lulusan S1 masih nganggur? Berikut Info Loker Jawa Barat untuk Anda!
Ilustrasi. Karyawan Tetap. Info Loker Jawa Barat Lulusan Sarjana dengan IPK 3,00 (Sumber : Freepik/@katemangostar)
Sehat22 November 2024, 10:46 WIB

Tips Menjaga Kebugaran Tubuh di Musim Penghujan

Musim penghujan memang membawa udara sejuk dan nyaman, namun juga dapat menjadi tantangan bagi kebugaran tubuh. Artikel ini memberikan beberapa tips untuk tetap aktif meski cuaca tidak mendukung.
Menjaga Kebugaran Tubuh di Musim Penghujan (Sumber : Freepik/@pvproductions)
Sukabumi Memilih22 November 2024, 10:15 WIB

Ustaz Totong Ungkap Alasan Dukung Ayep Zaki-Bobby di Pilkada Kota Sukabumi: Insyaallah Menang

Dalam berbagai kesempatan Ustaz Totong menyampaikan alasannya mendukung Ayep Zaki-Bobby Maulana di Pilkada Kota Sukabumi 2024.
Mantan Ketua DPD PKS Kabupaten Sukabumi, Totong Suparman. (Sumber : Istimewa)