SUKABUMIUPDATE.com - Ada banyak sekali pahlawan nasional Indonesia yang berjasa besar dalam meraih kemerdekaan hingga kita bisa merasakan hidup di negara yang merdeka, tak terkecuali para pahlawan yang berasal dari Jawa Barat.
Ya, bumi Parahyangan atau tatar Sunda melahirkan banyak pahlawan nasional meski tidak semua nama tercatat dan terabadikan. Namun, beberapa diantaranya tercatat dalam sejarah dan banyak diabadikan, salah satunya menjadi nama-nama jalan.
Dalam memperingati hari Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) alangkah baiknya kita juga mengenang para pahlawan yang telah berjasa dalam meraih kemerdekaan khususnya para pahlawan bangsa dari tatar Sunda.
Berikut pahlawan Indonesia yang berasal dari Jawa Barat dirangkum dari berbagai sumber.
1. Letkol Eddie Soekardi
Eddie Soekardi lahir di Sukabumi pada 18 Februari 1916. Beliau merupakan putra tertua dari pejuang kemerdekaan Indonesia yang juga berasal dari Sukabumi yakni Raden Haji (RH) Didi Soekardi.
Peristiwa yang paling membekas yakni saat Ia berhasil mengalahkan sekutu dalam peperangan yang terjadi di Bojongkokosan, Sukabumi.
Eddie Soekardi meninggal dunia pada 5 September 2014, dan kini namanya diabadikan menjadi nama jalan di Sukabumi atau tepatnya jalur lingkar selatan Sukabumi.
2. DR. Kusuma Atmaja
DR. Kusuma Atmaj merupakan seorang hakim dan pahlawan nasional Indonesia yang menjabat sebagai Ketua Mahkamah Agung RI yang pertama dari Agustus 1945 sampai Agustus 1952.
Ia lahir ke keluarga bangsawan etnis Sunda di Purwakarta, dan memperoleh diploma hukum dari Rechtschool pada tahun 1913. Pada tahun 1919, ia bekerja sebagai panitera di Bandung.
Sebelum meninggalkan pekerjaan itu untuk melanjutkan pendidikan hukum di Universitas Leiden Setelah lulus dari Leiden pada tahun 1922, ia kembali ke Hindia Timur , dan menjadi hakim di Batavia dan kemudian Indramayu . DR. Kusuma Atmaj meninggal pada 11 Agustus 1952.
3. Abdullah bin Noeh
K.H. R. Abdullah Bin Noeh merupakan tokoh pejuang kemerdekaan di Bogor, Ia lahir di Cianjur pada 30 Juni 1905 dan wafat di Bogor tanggal 26 Oktober 1987.
Selain sebagai tokoh pejuang kemerdekaan, Abdullah bin Noeh merupakan ulama, sastrawan, dan pendidik, Ia juga dikenal sebagai pendiri pesantren Al Ghozali, Bogor.
Abdullah Bin Noeh merupakan putra dari K.H.R. Muhammad Nuh bin Muhammad Idris yang juga seorang ulama besar, pendiri Sekolah Ai’ianah Cianjur.
Abdullah kecil belajar agama dan bahasa Arab setiap hari yang diawasi langsung oleh sang ayah, maka tak heran dalam waktu relatif masih muda, Ia sudah mampu berbicara bahasa Arab.
Selain itu, Ia mampu menalar kitab alfiah (kitab bahasa arab seribu bait) serta swakarsa belajar bahasa Belanda dan Inggris.
Setelah itu ayahnya mengirim Abdullah untuk menimba ilmu di Fakultas Syariah Universitas AI-Azhar, Kairo, Mesir.
Setelah dua tahun lamanya Abdullah belajar di Al-Azhar, Kairo, Mesir, ia kembali ke tanah air dan aktif mengajar di Cianjur serta Bogor. Hal itu dilakukannya sejak tahun 1928 hingga tahun 1943.
4. Otto Iskandardinata
Pahlawan dari Jawa Barat selanjutnya yakni Raden Otto Iskandardinata, Ia lahir di Bandung, Jawa Barat, 31 Maret 1897 dan wafat di Mauk, Tangerang, Banten, 20 Desember 1945 pada umur 48 tahun.
Nama Otto Iskandardinata sering disingkat menjadi Otista dan diabadikan menjadi banyak nama jalan di tatar Sunda.
Selain itu masyarakat juga mengenal Otista sebagai si Jalak Harupat yang menjadi julukan dirinya. Julukan tersebut telah lama diabadikan menjadi nama stadion di Kabupaten Bandung yang sering jadi tempat berlaga Persib Bandung.
Otto Iskandardinata diangkat sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 088/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973.
5. R.E. Martadinata
Raden Eddy Martadinata menjadi pahlawan dari tatar Sunda yang lahir di Bandung pada 6 oktober 1921 dan Meninggal pada 6 Oktober 1966 di Pangalengan, Ia dimakamkan di TMPN Utama Kalibata.
Raden Eddy Martadinata merupakan salah satu pahlawan Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI). RE Martadinata ikut membentuk BKR (Badan Keamanan Rakyat) Laut Jawa Barat di bawah pimpinan Aruji Kartawinata yang kemudian berganti nama ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia).
Sepanjang karirnya, RE Martadinata pernah menjadi Kepala Staff Operasi pada Markas Besar ALRI di Yogyakarta. Ia juga pernah menjabat sebagai Kepala Staff Komando Daerah Maritim Surabaya. Martadinata juga pernah mengikuti pendidikan United States Navy Post Graduate School di AS pada tahun 1953.
Kini namanya diabadikan menjadi nama jalan di beberapa kota di Indonesia. Selain itu, nama R.E. Martadinata juga diabadikan menjadi nama salah satu kapal perang Indonesia yakni KRI R.E.Martadinata.
6. Raden Dewi Sartika
Lahir di Cicalengka pada 4 Desember 1884 dan meninggal di Tasikmalaya pada 11 September 1947, dimakamkan di Astana Anyar Bandung.
Dewi sartika adalah seorang advokat dan pelopor pendidikan perempuan di Indonesia. Ia mendirikan sekolah perempuan pertama di Hindia Belanda. Ia mendapat penghargaan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada tahun 1966.
Namanya Dewi Sartika dikenal sebagai jalan yang menjadi tempat sekolahnya, serta digunakan di berbagai kota di Indonesia. Dia dianugerahi Ordo Oranye-Nassau pada ulang tahun ke-35 Sekolah Kaoetamaan Isteri sebagai penghargaan atas jasanya dalam pendidikan.Pada 1 Desember 1966, ia menerima gelar Pahlawan Pergerakan Nasional.
7.Iwa Koesoemasoemantri
Prof. Iwa Koesoemasoemantri, S.H. lahir di Ciamis, 31 Mei 1899 Iwa Kusumasumantri merupakan seorang politikus Indonesia. Iwa lulus dari sekolah hukum di Hindia Belanda, kemudian menghabiskan waktu di sebuah sekolah di Uni Soviet.
Setelah kembali ke Indonesia ia membuktikan dirinya sebagai seorang pengacara, nasionalis, dan, kemudian, seorang tokoh hak-hak pekerja. Selama dua puluh tahun pertama kemerdekaan Indonesia, Iwa memegang beberapa posisi kabinet.
Setelah pensiun ia melanjutkan pengabdiannya dengan terus menulis. Pada tahun 2002 Iwa dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Iwa meninggal 27 November 1971 pada umur 72 tahun.