SUKABUMIUPDATE.com - Sejumlah catatan penting diungkap para pemateri dalam talk show Indeks Literasi Masyarakat “Peningkatan Budaya Literasi Generasi Muda di Era Digital” yang berlangsung di Universitas Nusa Putra, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat Rabu 20 Juli 2022.
Talk show yang digagas Perpustakaan Nasional RI, Dinas Arsip Perpustakaan Kabupaten Sukabumi serta Universitas Nusa Putra ini berupaya mendorong pentingnya budaya literasi dalam meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda.
Kegiatan ini menghadirkan sejumlah narasumber yang luar biasa. Mulai dari Desy Ratnasari, M.Si, M.Psi selaku anggota komisi X DPR RI, Dra, Yani Jatnika Marwan, M.Pd Bunda Literasi kabupaten Sukabumi, Muhammad Syarif Bando selaku kepala perpustakaan nasional RI, dan Drs. H. Asep Deni, C.Q.M.,MM selaku Badan pembina lembaga pendidikan PGRI.
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Wakil Bupati Sukabumi, Iyos Somantri didampingi Rektor Universitas Nusa Putra, Dr. H. Kurniawan, ST., M.Si., MM. Talk show ini dihadiri 150 orang di aula utama kampus Nusa Putra dan kurang lebih 5000 peserta ikut melalui daring di Zoom Cloud Meeting dari berbagai kalangan.
Rektor Universitas Nusa Putra Dr. H. Kurniawan, ST., M.Si., MM dalam sambutannya menegaskan tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan promosi pentingnya perpustakaan dan gemar membaca kepada masyarakat. "Perlu bersama-sama mendorong dan memotivasi peran serta masyarakat akan pentingnya literasi. Karena Literasi berguna dalam peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan warga," jelasnya.
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando menjelaskan kondisi literasi di Indonesia terkendala oleh kurangnya buku. Disebutkan satu buku saat ini ditunggu oleh 90 orang.
"Sementara standar internasional, seharusnya ada tiga buku baru per orang setiap tahunnya. Perguruan tinggi didorong agar turut andil dalam mengatasi kekurangan terbitan buku ini," ungkap Syarif dikutip dari portal resmi Perpusnas RI.
Dia menambahkan, pengetahuan tidak hanya didapatkan di bangku kuliah dengan memenuhi satuan kredit semester (SKS). Mahasiswa, tegasnya, harus mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya dari perpustakaan.
Syarif mendorong perguruan tinggi menghasilkan lulusan yang berliterasi tinggi, mampu menghasilkan barang dan jasa, menciptakan lapangan kerja. “Literasi adalah kedalaman pengetahuan seseorang terhadap suatu subjek tertentu yang bisa diimplementasikan dengan inovasi dan kreativitas untuk memproduksi barang dan jasa yang berkualitas tinggi dan dapat dipakai untuk memenangkan persaingan global,” jelasnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Sukabumi, Iyos Somantri dalam sambutannya mengatakan literasi dan membaca memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, daerahnya membutuhkan tempat memenuhi kebutuhan masyarakat, terkait literasi dan melakukan kegiatan membaca.
“Kami siap untuk menerima kegiatan yang akan dilakukan. Menerima bantuan dana alokasi khusus untuk membuat kantor perpustakaan yang representatif dan kami siap untuk lahan. DED sudah kami siapkan,” urainya.
Iyos menyebut, gedung layanan perpustakaan menjadi kebutuhan penting mengingat Sukabumi merupakan kabupaten terluas di Pulau Jawa dan Bali, setelah Banyuwangi. Jumlah penduduknya cukup banyak, 2,7 juta jiwa tersebar di 47 kecamatan.
Baca Juga :
"Masyarakat diajak untuk menggelorakan semangat membaca demi kecerdasan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Sukabumi, pada khususnya, dan Jawa Barat, pada umumnya," ungkap Iyos.
Bunda Literasi Kabupaten Sukabumi, Yani Jatnika Marwan Hamami dalam paparannya menyebut berbicara literasi, maka perspektifnya adalah tentang keluarga. Orang tua memiliki andil sebagai pendidik utama.
Untuk membangun kegemaran membaca, dia menyarankan agar orang tua menjadi role model dengan memberikan buku, membacakan buku dan mendongeng kepada anak. Dengan begitu, imajinasi anak terbentuk.
Buku, ujarnya, merupakan hal yang sangat penting dan berharga. Buku merupakan pusat informasi, yang tidak mengandung hoaks. “Saya mengajak semuanya, mari benahi keluarga kita dulu. Kita tidak akan menjadi negara literat, sebelum keluarga kita menjadi literasi,” pungkasnya.