SUKABUMIUPDATE.com - Media sosial berbasis video pendek, TikTok, melaporkan pengguna bulanannya kini telah melewati angka satu miliar. Angka ini dicapai meski platform yang dirilis pada Agustus 2018 tersebut jadi obyek pengawasan oleh pemerintahan di berbagai negara, seperti Amerika Serikat yang khawatir adanya praktik pengumpulan data dari perusahaan induk yang berbasis di Beijing.
Chief Operating Officer TikTok Vanessa Pappas berterima kasih kepada pengguna dalam sebuah video di TikTok yang diunggahnya atas capaian itu. “Terima kasih karena menjadikan TikTok tempat yang benar-benar istimewa,” ujar dia, seperti dikutip dari THE VERGE, Senin 27 September 2021.
Mengutip tempo.co, popularitas TikTok melonjak selama pandemi, menjadikannya aplikasi yang paling banyak diunduh di dunia pada kuartal pertama 2020. Menurut data dari perusahaan analisis aplikasi Sensor Tower, ada sekitar 315 juta unduhan pada kuartal itu saja.
Pendapatan 2020 dari ByteDance, induk TikTok, dilaporkan naik dua kali lipat daripada tahun sebelumnya, menjadi US$ 34,3 miliar atau Rp 489 triliun. Sejak diluncurkan hingga saat ini, SensorTower mengatakan, pemasangan TikTok telah mencapai 3,2 miliar--sudah termasuk Douyin, nama aplikasi TikTok versi Cina.
Rata-rata pengguna bulanan TikTok pada Agustus tahun ini juga naik lagi sebesar 25 persen daripada Agustus 2020. Adapun pada Juni tahun ini, ByteDance telah tumbuh bernilai US$ 425 miliar atau Rp 6 ribu triliun.
Beberapa aplikasi lain bahkan ingin menduplikasi kesuksesan besar dari TikTok, dengan membuat fitur video pendek sendiri. Instagram Reels yang dirilis Agustus lalu, kemudian Snapchat Spotlight pada November 2020, bahkan YouTube Shorts juga memulai debut untuk video pendek di Amerika awal tahun ini.
Namun, semua tiruannya itu masih belum bisa mengalahkan TikTok yang terus berkembang. Sebuah laporan awal bulan ini juga menemukan bahwa pengguna TikTok menghabiskan lebih banyak waktu menonton kontennya daripada pengguna YouTube.
SUMBER: THE VERGE/SENSOR TOWER/TEMPO.CO