SUKABUMIUPDATE.com - Indonesia, sebagaimana negara-negara lain di dunia, semakin bergantung pada perkembangan teknologi informasi dan digital. Di era modern ini, internet telah menjadi elemen fundamental dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari komunikasi, pendidikan, hingga sektor bisnis dan pemerintahan.
Dengan semakin luasnya pemanfaatan teknologi digital, muncul pula tantangan besar dalam menjaga keamanan di dunia maya. Oleh karena itu, perlindungan terhadap ancaman siber menjadi salah satu prioritas utama bagi negara, institusi, dan individu guna memastikan keberlangsungan aktivitas digital yang aman dan terpercaya.
Di era digital yang semakin kompleks, kejahatan siber (cybercrime) tidak hanya mengancam keamanan data pribadi, tetapi juga berpotensi merugikan berbagai sektor strategis.
Serangan siber dapat menyebabkan kebocoran informasi sensitif, mengganggu aktivitas bisnis, melumpuhkan sistem keuangan, serta membahayakan infrastruktur vital seperti jaringan listrik, transportasi, dan komunikasi.
Lebih jauh lagi, ancaman siber yang terorganisir bahkan dapat mengancam stabilitas keamanan nasional, mengingat serangan digital dapat digunakan sebagai alat dalam konflik geopolitik atau sabotase terhadap suatu negara.
Oleh karena itu, diperlukan kesadaran yang lebih tinggi serta strategi keamanan siber yang kuat untuk menghadapi berbagai risiko yang terus berkembang di dunia maya.
Mengutip Suara.com via Kaspersky, Indonesia menjadi salah satu negara yang menjadi sasaran empuk kejahatan siber. Dimana pada tahun 2024, perusahaan keamanan siber dan privasi global ini berhasil mendeteksi dan memblokir ancaman siber lebih dari 36 juta.
Berdasarkan siaran pers Kaspersky pada Senin 17 Februari 2025, data tersebut berasal dari laporan tahunan mengenai ancaman siber yang dikumpulkan melalui Kaspersky Security Network (KSN), sebuah jaringan global yang terdiri dari pengguna sukarela, termasuk dari Indonesia.
Sepanjang tahun 2024, perangkat lunak Kaspersky berhasil mendeteksi sebanyak 36.168.342 insiden keamanan lokal pada komputer yang tergabung dalam KSN di Indonesia.
Menariknya, meskipun jumlah insiden masih tergolong tinggi, angka ini sebenarnya mengalami penurunan sebesar 29,44 persen dibandingkan tahun 2023, yang mencatatkan 51.261.542 insiden.
Penurunan ini mengindikasikan bahwa kesadaran masyarakat terhadap ancaman siber di Indonesia semakin meningkat, serta adanya langkah-langkah pencegahan yang lebih baik. Namun, ancaman di dunia maya tetap menjadi perhatian serius yang harus terus diantisipasi.
Indonesia Jadi Sasaran Empuk Serangan Siber, Mengapa?
Menurut data Kaspersky, 35,6 persen pengguna di Indonesia menjadi target ancaman siber lokal sepanjang tahun lalu. Tapi, kenapa Indonesia?
Statistik infeksi lokal pada komputer menunjukkan bahwa sebagian besar serangan disebabkan oleh Worm dan virus file yang sering menyebar melalui drive USB yang dapat dilepas, CD, DVD, dan metode luring lainnya.
Ini berarti, kebiasaan pengguna dalam berbagi data secara offline masih menjadi titik lemah yang sering dimanfaatkan oleh pelaku siber.
Serangan melalui perangkat luring seringkali lebih sulit dideteksi karena tidak melalui jaringan internet. Misalnya, ketika seseorang mencolokkan flashdisk yang terinfeksi virus ke komputer, malware tersebut bisa menyebar tanpa terdeteksi oleh antivirus yang kurang kuat atau tidak terbarui.
Kurangnya Talenta Siber Jadi Tantangan Utama
Ancaman siber yang tinggi ini turut menunjukkan kebutuhan akan talenta siber berkualitas di Indonesia. Namun, kenyataannya, Kementerian Komunikasi dan Digital menyebutkan bahwa Indonesia masih kekurangan 500 ribu talenta digital per tahun.
Kesenjangan ini bisa menjadi celah yang dimanfaatkan pelaku siber untuk menyerang lebih banyak korban.
Menanggapi situasi ini, Kaspersky mengapresiasi langkah Kementerian Komunikasi dan Digital yang berupaya melatih satu juta talenta digital dari seluruh Indonesia.
Adrian Hia, Direktur Pelaksana Kaspersky Asia Pasifik, menyatakan bahwa ini merupakan langkah maju yang tepat untuk meningkatkan keamanan siber nasional.
Kaspersky Siap Dukung Pendidikan Siber
Tidak hanya memberikan perlindungan lewat perangkat lunak, Kaspersky juga berperan aktif dalam edukasi keamanan siber.
Melalui Kaspersky Academy dan Kaspersky Expert Training, perusahaan ini menyediakan program pendidikan dan kursus daring yang dirancang berdasarkan pengalaman puluhan tahun para ahli terkemuka Kaspersky.
“Kami menawarkan kursus dan pelatihan yang mencakup semua bidang keamanan siber, sehingga bisa membantu organisasi maupun individu dalam menghadapi ancaman siber yang semakin canggih,” ujar Adrian Hia.
Kesadaran Siber Kunci Utama Perlindungan
Melihat data yang disajikan Kaspersky, jelas bahwa kesadaran akan keamanan siber harus terus ditingkatkan.
Penurunan angka ancaman siber di Indonesia menunjukkan bahwa upaya pencegahan sudah mulai membuahkan hasil.
Namun perjalanan masih panjang untuk benar-benar menekan angka serangan siber ke level yang lebih rendah lagi.
Selain mengandalkan teknologi keamanan yang canggih, edukasi dan kesadaran pengguna juga menjadi kunci utama dalam mencegah serangan siber.
Mulai dari menghindari penggunaan perangkat luring yang tidak aman, memperbarui perangkat lunak secara berkala, hingga mengikuti pelatihan keamanan siber.
Dengan komitmen Kaspersky dalam edukasi keamanan siber dan upaya pemerintah dalam mencetak talenta digital berkualitas, Indonesia memiliki peluang besar untuk memperkuat benteng pertahanan sibernya.
Namun, tentu saja, kerja sama dari seluruh pihak termasuk masyarakat pengguna internet sangat dibutuhkan untuk mewujudkan dunia maya yang lebih aman.
Sumber: Suara.com