SUKABUMIUPDATE.com - Pelarangan TikTok Shop di Indonesia sedang ramai diperbincangkan usai banyak pedagang yang mengeluh bahwa tren jualan online membuat pendapatan mereka menurun drastis. Pasalnya, kini banyak pedagang bermodal coba-coba jualan online lewat live streaming seperti TikTok Shop.
Pedagang tersebut semula berjualan secara offline atau tradisional di pasar, namun mencoba keluar dari zona nyaman dengan jualan online di TikTok Shop. Mereka menduga omset penjualan yang merosot disebabkan oleh pembeli yang beralih ke e-commerce dan tertarik dengan cara jualan live streaming.
TikTok yang telah merambah menjadi social commerce dengan menggabungkan dua fungsi dari media sosial dengan e-commerce, disebut menjadi media penjualan yang lebih efektif untuk menggaet pembeli.
Baca Juga: 8 Tantangan Mendidik Anak bagi Orang Tua, Pusing Hadapi Anak yang Emosional!
Sayangnya, tidak semua penjual dapat menjangkau audiens yang luas meski sudah mengikuti tren live jualan TikTok. Mengutip Tempo.co, hal ini membuat banyak pedagang offline membagikan cerita (curhat) tentang kesulitannya berjualan di masa kini di media sosial.
“Saking sepinya pasar offline, kita bukan artis, live pun gak ada yang nonton. Kenapa ya, sekarang orang pada gak mau dateng lagi ke pasar,” tulis keterangan pada unggahan gambar di akun Twitter @tanya*****, dikutip Rabu (20/9/2023).
Untuk mempromosikan barang dagangannya, tak sedikit dari pedagang yang melakukan siaran langsung untuk menjangkau lebih banyak calon pembeli. Namun, live streaming jualan online justru tidak mudah menarik pembeli karena jumlah penonton yang rendah.
“Udah hampir 3 jam live jualan, ga ada yang nonton. Mohon bantuan supportnya ya semua,” curhat seorang netizen dengan akun TikTok @vegi**.
Cerita lain datang dari pedagang yang baru mengalihkan bisnisnya secara online.
“Ku kira live jualan produk itu mudah. hari ke-10 live penonton masih sepi banget, rasanya mau nyerah. Penonton keluar masuk terus dan kadang sering 0 penonton padahal live setiap hari berjam-jam. Bantu support aku ya guys biar selalu semangat buat live setiap hari,” tulis @alficol*******.
Selain itu, ada juga pedagang yang sudah live jualan TikTok dari pagi hingga malam, namun belum ada pembeli yang memesan barangnya meski sudah memberikan harga yang murah.
“Live jualan tiap hari jam 06.00 – 22.00 tapi ga ada satupun yang checkout. Sampai kapan ya Allah jualan sepi kaya gini? Padahal kami jual barang import sudah paling murah,” curhat @yun**.
Baca Juga: 9 Cara Mendidik Anak Laki-laki Agar Penurut Pada Orang Tua
Keluhan lain juga datang dari pedagang Pasar Tanah Abang, terlihat dari sejumlah unggahan di media sosial, tampak kios-kios di Pasar Tanah Abang banyak yang tutup. Sepinya pasar Tanah Abang dari pengunjung berdampak pada turun drastisnya omzet penjualan mereka.
Pemilik akun Tiktok @tanahabangcollection mengungkapkan banyak pedagang yang mengeluhkan sepinya Pasar Tanah Abang usai pandemi COVID-19. Akibatnya, para pedagang harus memutar otak dengan berjualan online lewat Tiktok Live atau Shopee Live.
“Pasar sekarang kayaknya lebih sepi daripada tahun kemarin,” ucap salah satu pedagang, dikutip Senin, 11 September 2023.
Para pedagang Pasar Tanah Abang lain di akun @grosirbajuwanita turut mengaku sedih karena barang dagangan banyak yang belum laku. Padahal, ia mengaku sudah mencoba mengikuti cara lain berjualan melalui live media sosial.
"Dulu datang barang sekarung besar, sehari sudah habis. Sekarang sudah beberapa minggu, pajangan masih ini-ini aja. Padahal harga udah dimurahin banget. Jual online dan live dengan berbagai strategi tetap sulit ditembus," tulis unggahan @grosirbajuwanita pada Jumat, 11 Agustus 2023 lalu.
Langkah Pemerintah terhadap TikTok
Mengenai TikTok yang dianggap memukul UMKM Tanah Air, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas ikut buka suara. Mendag Zulhas menjelaskan bahwa TikTok seharusnya tidak merangkap fungsi sebagai media sosial dan social commerce.
“Izin gak boleh satu. Dia media sosial, jadi social commerce. Nanti mati yang lain,” ujar Zulhas saat ditemui di Hotel Harris Vertu, Jakarta, Senin, 11 September 2023.
Zulhas menjelaskan bahwa TikTok yang merangkap sebagai social commerce, produk hasil UMKM bisa kalah bersaing.
Pasalnya, algoritma TikTok memungkinkan market intelligence mengarahkan konsumen ke produk yang mereka hasilkan. Oleh sebab itu Kemendag perlu bersama sejumlah pemangku kebijakan yang lain mengaturnya.
“Ini mau diatur. Banyak yang datang ke saya. Beauty datang, UMKM datang, fesyen datang, yang katanya diserbu besar-besaran. Makanya akan kami tata lagi,” katanya.
Pengaturan lebih jauh tersebut, menurut Zulhas, menyoal revisi Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag No. 50 Tahun 2020 tentang Perizinan Usaha, Periklanan, Pembinaan dan Pengawasan Pelaku Usaha dalam Perdagangan Melalui Elektronik (PPMSE). Ia menyatakan revisi beleid itu akan dirapatkan dengan Mensesneg.
Menurut dia, sikap dan pembahasan dari Kemendag soal peraturan tersebut sudah tegas. Berikutnya akan ada harmonisasi kebijakan setelah mendapat masukan dari kementerian-kementerian lain. “Di kami sudah selesai,” imbuhnya.
Baca Juga: Buka 875 Formasi, Jadwal Pendaftaran Seleksi PPPK Kabupaten Sukabumi 2023
Terpisah, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki merespon terkait kondisi Pasar Tanah Abang yang semakin sepi pengunjung. Menurut dia, muara dari persoalan yang timbul belakangan ini adalah Indonesia yang belum memiliki strategi nasional transformasi digital dan belum memiliki badan yang mengatur soal transformasi digital tersebut.
“Maka para menteri nggak ada acuan. Padahal transformasi digital melibatkan banyak aspek,” kata Teten dalam pesan tertulis pada Sabtu, 16 September 2023.
Di Indonesia, kata Teten, transformasi digital hanya terjadi di sektor perdagangan (e-commerce) khususnya di sektor hilir, bukan di sektor produksi. Alhasil, produksi nasional kalah dengan produk dari luar yang lebih murah, karena produksinya lebih efisien dan berkualitas.
Lebih lanjut, kata dia, pemerintah Indonesia juga terlambat mengatur keberadaan platform digital, baik itu e-commerce dan social commerce. Akibatnya, Indonesia justru didikte oleh platform digital global. UMKM dan produsen Indonesia pun kemudian tidak memiliki kemampuan teknologi digital.
“Aplikasi-aplikasi digital untuk membantu supply chain UMKM masih sedikit,” ucap Teten.
Menteri Teten juga menyinggung pesan Presiden Joko Widodo alias Jokowi yang selalu mengingatkan agar pemerintah dan swasta mengenal pentingnya transformasi digital. Khususnya untuk kemajuan ekonomi nasional, soal mesin pintar, kecerdasan buatan (AI), dan internet of thing (IoT).
Namun, hingga kini tidak ada yang mewujudkan teknologi diaplikasikan dalam sistem produksi nasional, di industri manufaktur, agrikultur, agromaritim, kesehatan, dan lain-lain. Sehingga transformasi digital di Indonesia tidak melahirkan ekonomi baru, sebaliknya hanya membunuh ekonomi lama.
“Kue ekonominya nggak bertambah, tapi faktor penbaginya makin banyak. Pasar offline seperti Tanah Abang mati. Produk UMKM di online nggak bisa bersaing dengan produk impor,” tutur dia.
Teten melanjutkan, 80 persen penjual online menawarkan produk impor terutama dari Cina.
Tanggapan TikTok Indonesia
Kepala Komunikasi TikTok Indonesia, Anggini Setiawan pernah mengungkapkan bahwa TikTok Shop tidak berniat membuka bisnis lintas batas atau Project S di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk mendukung UMKM Lokal Tanah Air.
“Sejak awal ketika meluncurkan TikTok Shop Indonesia, kami memutuskan untuk tidak membuka bisnis lintas batas atau cross border di Indonesia. ini komitmen kami,” kata Anggini, Rabu, 26 Juli 2023 lalu.
Baca Juga: 8 Tips Mengelola Keuangan Bisnis, Jangan Lupa Dana Darurat!
Anggini menyampaikan, TikTok Shop mendukung pemerintah Indonesia untuk memberdayakan UMKM lokal. Oleh karena itu, mereka mengklaim bahwa 100 persen penjual di social commerce-nya memiliki entitas bisnis lokal dengan verifikasi KTP/paspor. Lebih lanjut, dia juga membantah TikTok akan meluncurkan inisiatif lintas batas atau yang dikenal dengan Project S.
“Tidak benar bahwa kami akan meluncurkan inisiatif lintas batas di Indonesia. kami tidak berniat untuk menciptakan produk e-commerce sendiri atau menjadi wholeseller yang akan berkompetisi dengan para UMKM Indonesia yang telah onboarding lewat platform TikTok,” ucap Anggini.
SUMBER: TEMPO.CO | RADEN PUTRI | ADE RIDWAN | AMY HEPPY | MOH KHORY | CAESAR AKBAR | ANTARA