SUKABUMIUPDATE.com - Belakangan ini sedang marak fenomena orang-orang yang live streaming di TikTok sambil minta donasi atau ngemis online.
Melansir Suara.com, aplikasi yang tengah populer dikalangan para anak-anak muda ini, memang memiliki fitur gift yang nantinya dapat ditukar dengan uang asli.
Salah satu contohnya adalah konten viral yang memperlihatkan seorang nenek yang rela mengguyur air ke tubuhnya hingga menggigil kedinginan.
Baca Juga: Persib Kehilangan 1 Pemain, Daftar Perpindahan Pemain Bursa Transfer Liga 1 hingga 17/1
Video itu menampilkan sosok seorang nenek dengan jilbab hitam dan wajah keriput. Dia memegang gayung sambil kakinya berendam ke air dingin.
Sepanjang video berlangsung, nenek tersebut mengguyurkan air ke tubuhnya. Dia bahkan terlihat kedinginan sampai mukanya pucat dan gemetar.
Dalam live video tersebut, pemilik akun menulis jika mendapat gift dari penonton live-nya, nenek itu akan mengguyur badannya satu kali.
Baca Juga: Jadwal Tayang Preman Pensiun 8, Simak Info Terbarunya Langsung dari Sang Sutradara
Jika mendapat 100 gift, ia akan mengguyurkan satu bak air ke badannya. Akumulasi respons penonton inilah yang nantinya berbuah cuan bagi para Tiktokers. Hal ini bisa diidentikkan dengan pengemis online.
Melihat aksi tersebut netizen pun geram. Mereka menduga sang nenek diperintah oleh anak atau cucunya untuk melakukan aksi mandi kedinginan tersebut.
Mereka pun beranggapan harusnya manajemen Tiktok lebih ketat melakukan filter terhadap video-video tidak senonoh. Apalagi si pengunggah hanya bertujuan memperoleh bayaran dari Tiktok. Pembuat video tersebut adalah akun @Intan_Komalasari92. Dia menyiarkan videonya secara live di Tiktok.
Baca Juga: Lirik dan Terjemahan Lagu You & I Oleh Diego Gonzales
Melihat fenomena ngemis online di Tiktok ini, Sosiolog Universitas Airlangga, Bagong Suyanto, memberikan beragam tanggapan.
Melansir unair.ac.id, menurutnya substansi dari yang lakukan oleh pengemis tersebut tidaklah berbeda, yaitu meminta belas kasihan orang lain agar ia mendapatkan sesuatu.
“Itu adalah bentuk kreativitas karena menghadapi situasi yang semakin kompetitif. Jadi mengemis ini tidak mudah, makin banyak saingan. Sehingga mereka perlu berkreasi untuk mendapatkan belas kasihan masyarat untuk memberikan amal karitatifnya,” jelasnya.
Baca Juga: Mengenal Aji Yusman, Pemeran Sinetron Inikah Rasanya yang Kini Hidup Sengsara
Selain itu, Prof Bagong juga menyoroti tentang fenomena kesenangan yang timbul akibat melihat orang menderita. Dalam platform tersebut, masyarakat akan memberi lebih banyak kalau si pengemis “tersiksa” lebih besar, seperti mengguyur lebih banyak hingga berendam lebih lama.
Dari fenomena tersebut pun, ia mengecam adanya kreator konten yang mencoba mengeksploitasi orang tua mereka. Menurutnya, dibelakang layar akan banyak anak muda yang berperan, terutama dalam mengoperasikan media sosial tersebut.
“Itu yang harus ditangkap. Ini masuk kategori orang yang bukan karena terpaksa tapi justru dia mengeksploitasi penderitaan orang-orang yang tidak berdaya untuk memperkaya dirinya sendiri,” ujar Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair tersebut.
Sumber: Suara.com (Nadia Lutfiana Mawarni)