SUKABUMIUPDATE.com - TikTok jadi salah satu media sosial yang beredar saat ini sekaligus jadi salah satu media sosial yang paling banyak digunakan selain Instagram dan Facebook.
Bermain media sosial memiliki dampak negatif dan juga positif tergantung bagaimana pengguna itu sendiri dalam menggunakannya termasuk TikTok
Melansir dari Tempo.co, sebuah studi mengungkapkan bahwa TikTok bukan hanya sekedar aplikasi media sosial biasa, tetapi juga memberikan dampak buruk salah satunya FOMO
Seiring perkembangan TikTok muncul istilah FOMO. FOMO, singkatan dari "Fear of Missing Out", memiliki makna "takut kehilangan sesuatu". FOMO merujuk pada kecemasan sosial bagi mereka yang tak mau ketinggalan tren terbaru yang viral di jejaring sosial.
Kecemasan sosial ini lah yang menyebabkan banyak orang menghabiskan lebih banyak waktu untuk aktif di media sosial. Hal ini marak terjadi terutama di kalangan Gen Z dan muda-mudi pengguna aplikasi TikTok.
Melansir gizchina.com, saat ini bagi mereka yang lebih menyukai respon dalam bentuk audiovisual, TikTok adalah platform pertama yang dituju saat mencoba menemukan informasi.
Dalam studi yang dilakukan NewsGuard, sebuah situs untuk memverifikasi berita dan informasi yang beredar di jejaring sosial, menampilkan hasil dimana bahwa hampir 20% dari video yang muncul di hasil pencarian TikTok berisi informasi yang salah.
Studi tersebut juga mengungkapkan, bukan hanya isi konten yang menjadi masalah krusial, cara TikTok dalam menampilkannya juga menjadi masalah utama. Mereka mencatat, mesin pencari TikTok sendiri cenderung menyarankan kata kunci pencarian yang lebih kontroversial dibandingkan dengan yang netral.
Misalnya, jika sedang melakukan pencarian dengan kata kunci "perubahan iklim", TikTok akan menyarankan "perubahan iklim ditolak " atau "perubahan iklim tidak ada".
Tak hanya terletak pada kesalahan informasi, hal tersebut juga berbahaya lantaran keterbatasan kemampuan untuk mencari sumber informasi lain yang lebih andal. Melakukan pencarian informasi di mesin pencarian cenderung melelahkan. Bagi kelompok yang lebih condong terhadap hasil pencarian dalam bentuk gambar atau video, TikTok dianggap sebagai platform pencarian ideal.
Jaksa Agung California, Rob Bonta, memberikan pernyataan bahwa di era sekarang ini anak-anak hidup dan tumbuh berdampingan dengan media sosial. Rob Bonta menyarankan, sebagai orang dewasa, perlu mendampingi dan menyaring konten yang mereka konsumsi lewat layar smartphone.
Hal ini perlu diprioritaskan mengingat dampak buruk yang bisa mempengaruhi kesehatan mental dan kesejahteraan anak-anak.
Dampak Negatif penggunaan TikTok Terhadap Kesehatan Mental
- Memicu perbandingan negatif dan persaingan tidak sehat.
- Memberikan efek gangguan pola makan.
- Berpotensi menjadi platform untuk melakukan bullying.
- Membuang-buang waktu.
- Maraknya hoax atau informasi yang salah.
- Mengklasifikasikan orang-orang berdasarkan kelas.
- Cancel culture yang bisa berdampak pada masa depan seseorang.
- Menampilkan konten yang tidak pantas ditonton.
Dampak Positif penggunaan TikTok
- Platform dengan konten hiburan dan edukatif.
- Membangun koneksi yang luas.
- Bentuk ekspresi kebebasan.
- Mengasah kreativitas.
- Menghasilkan uang.
Oleh karenanya, TikTok mendapat kecaman dari pemerintah Federal Amerika Serikat terkait praktik dan promosi konten. Mereka mengklaim, hal ini berpotensi membahayakan kesehatan fisik dan mental para penggunanya.
Menurut data dari Business of Apps, saat ini TikTok memiliki hampir 1,5 miliar pengguna aktif bulanan secara global. Secara tren, jumlah pengguna aktif bulanan TikTok di seluruh dunia terus meningkat pesat sejak awal terjadinya pandemi.
Aplikasi TikTok menampilkan video berdurasi pendek yang bisa ditonton dengan cara menggulir layar smartphone. Konten TikTok sendiri sangat beragam, mulai dari hiburan hingga konten edukatif. Keragaman konten inilah yang menggiur para Gen Z, yaitu generasi yang lahir pada pertengahan 90-an hingga awal 2000-an. Bahkan, generasi ini sudah akrab dengan smartphone hampir sejak mereka lahir.
SUMBER: TEMPO.CO/LALA DITA PANGESTU