SUKABUMIUPDATE.com - Aplikasi kencan yang mudah digunakan oleh semua orang ternyata bisa dimanfaatkan untuk kejahatan penipuan. Pig butchering scam, adalah salah satu jenis penipuan yang diibaratkan menggemukan korban dahulu kemudian memotongnya setelah hasilnya banyak.
Berikut kami telah melansir dari Tempo.co yang telah dikutip dari The Business of Business, istilah pig butchering scam awalnya berasal dari bahasa Ciina, shzhpán, karena skema penipuan ini berasal dari sana.
Penipu yang mayoritas laki-laki ini awalnya akan membangun hubungan romantis selama berbulan-bulan atau berminggu-minggu dengan korban melalui platform kencan online, seperti Tinder, Grindr, dan Bumble.
Pelaku kemudian menghujani korban dengan pesan cinta dan kasih sayang untuk ‘menggemukkan mereka’ secara emosional, yang mirip dengan menggemukkan babi sebelum membujuk para korban untuk berinvestasi di perusahaan crypto palsu, yang secara metaforis akan membantai korban.
Dilansir dari ProPublica, penipuan jenis ini tidak hanya terorganisir, tetapi juga sistematis. Berikut beberapa cara penipu biasanya melancarkan aksinya:
1. Membuat identitas palsu
Seorang penipu biasa mengawalinya dengan membuat pesona online palsu, yang biasanya disertai dengan foto yang menarik dan gaya hidup yang glamor.
2. Mencari korban
Setelah mereka membangun citra yang palsu, penipu mulai mengirim pesan ke orang-orang di aplikasi kencan atau jejaring sosial. Selain itu, mereka mungkin menggunakan WhatsApp atau layanan pesan yang lain yang akan berpura-pura menghubungi nomor yang salah.
3. Mendapatkan kepercayaan
Langkah selanjutnya adalah memulai percakapan dengan calon korban untuk mendapatkan kepercayaan mereka. Para penipu akan mengarang detail tentang kehidupan mereka sendiri yang membuat mereka tampak mirip dengan calon korbannya. Dengan cara ini, penipu akan dengan mudah membujuk korbannya karena kesamaan latar belakang.
4. Beralih ke investasi
Tak lama setelah itu, penipu akan beralih ke diskusi tentang investasi. Mereka akan mencoba meyakinkan target mereka untuk membuka akun di broker online mereka. Tanpa sepengetahuan korbannya, broker tersebut palsu dan uang yang mereka setorkan akan langsung masuk ke rekening penipu.
5. Meyakinkan korbannya
Para penipu seringkali menghilangkan keraguan korbannya dengan membiarkan target untuk menarik uang sekali atau dua kali agar mendapatkan kepercayaan korbannya.
6. Memanipulasi untuk berinvestasi
Saat mendapatkan kepercayaan korbannya, penipu kemudian akan mengeksploitasi kerentanan emosional dan finansial korbannya untuk memanipulasi mereka agar menyetor lebih banyak dana dengan iming-iming investasi tersebut bebas resiko.
7. ‘Memotong’ korban
Setelah target mencapai batas dan enggan menyetor lebih banyak dana, para penipu akan menghentikan semua percakapan dan menghilang begitu saja dari korbannya.
SUMBER: TEMPO.CO/MUHAMMAD SYAIFULLOH
Writer : Ikbal Juliansyah